Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perusahaan raksasa properti China, Evergrande Group tengah menghadapi tantangan kebangkrutan setelah sebelumnya dilaporkan terlilit utang senilai US$ 300 miliar. Risiko itu pun mengancam memberikan efek domino di China.
Mengutip Bloomberg, para analis memperkirakan ada beberapa skenario terburuk yang bisa terjadi akibat dari ancaman kebangkrutan Evergrande. Pemerintah pun mendapat tekanan untuk campur tangan mengingat adanya tanda-tanda efek domino.
Shen Meng selaku direktur Chanson & Co. pun mengatakan bahwa posisi perusahaan yang penting secara sistemik, kebangkrutan akan menyebabkan masalah bagi seluruh sektor properti.
enurutnya, upaya pemulihan utang oleh kreditur akan menyebabkan kebakaran penjualan aset dan memukul harga rumah. “Margin keuntungan di seluruh rantai pasokan akan diperas dan itu juga akan menyebabkan penjualan panik di pasar modal,” ungkapnya.
Baca Juga: Pembatasan dilonggarkan, penjualan ritel Inggris di bulan Agustus malah turun
Salah satu efek domino yang dikhawatirkan dari kebangkrutan Evergrande ialah dampak terhadap ekonomi China yang sejatinya saat ini juga melambat karena pandemi Covid-19. Misalnya saja, data penjualan rumah berdasarkan nilai saja sudah merosot 20% pada Agustus, menjadi yang terdalam sejak pandemi, dan bisa semakin merosot jika Evergrande bangkrut.
Koreksi di pasar properti China tidak hanya akan memperlambat perekonomian domestik tetapi juga berdampak global. “Perlambatan signifikan dalam konstruksi properti selama beberapa tahun ke depan tampaknya sudah terjadi, dan akan menjadi lebih mungkin jika terjadi kegagalan atau kebangkrutan Evergrande,” kata Logan Wright, direktur di firma riset Rhodium Group LLC yang berbasis di Hong Kong.
Dampak kerusuhan sosial pun juga dapat terjadi mengingat saat ini saja protes sudah meningkat di kantor-kantor China Evergrande Group di seluruh negeri karena pengembang semakin jauh dari janji kepada lebih dari 70.000 investor.
“Mengingat bahwa sebagian besar kekayaan orang sudah ada di properti, bahkan koreksi 10% akan menjadi pukulan serius bagi banyak orang,” kata Fraser Howie, seorang analis independen.
Baca Juga: Rusia mulai menyebar sistem pertahanan udara terbaru, penerus S-400 Triumph
Terakhir, efek terhadap pasar modal juga bisa saja terjadi dikarenakan Evergrande adalah penerbit obligasi dolar imbal hasil tinggi terbesar di China. Analis Bank of America Corp. pun bilang Jika perusahaan runtuh akan mendorong tingkat default di pasar obligasi dolar negara itu menjadi 14% dari 3%.
Saat ini, Evergrande pun sedang mencoba untuk membebaskan utang mereka dengan menjual aset, termasuk saham di mobil listrik dan bisnis manajemen properti, tetapi sejauh ini hanya membuat sedikit kemajuan.