Sumber: Harian KONTAN, 8 Februari 2012 | Editor: Catur Ari
Andrew Forrest memulai bisnis tambang dari Anaconda Nickel. Namun, kesuksesan besarnya tercapai bersama Fortescue Metals Group (FMG). Ketika ia memulai bisnis, FMG masih jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan tambang seperti Rio Tinto dan BHP Biliton. Namun, Forrest terus mengembangkan FMG yang tahun lalu mencatat pendapatan US$ 5,54 miliar. Forrest menargetkan produksi dan pengiriman bijih besi 155 juta ton per tahun, tiga kali lipat dari produksi saat ini.
Bisnis pertambangan pertama Andrew Forrest adalah Anaconda Nickel. Tidak hanya menambang nikel, perusahaan yang berdiri tahun 1991 ini juga menggarap tambang kobalt. Anaconda tak bertahan lama. Perusahaan ini kolaps karena utang dan gagal berproduksi.
Anaconda kemudian berganti nama menjadi Minara Resources. Berbasis di kota kelahiran Forest, Perth, Minara menguasai ladang tambang 60 kilometer di sebelah timur Leonora, Autralia Barat. Minara Resources merupakan induk usaha Murrin Murrin Joint Venture, hasil patungan Minara dan Glencore International AG. Minara memiliki 60% saham Murrin Murrin, sisanya milik Glencore.
Berdasarkan hitungan tahun 2006, Minara memiliki total cadangan 342 juta ton nikel. Tahun 2008, Murrin Murrin mencatat produksi 30.514 ton nikel dan 2.018 ton kobalt. Minara Resource memiliki sekitar 1.000 pekerja dan kontraktor di Murrin Murrin.
Pada tahun 2003 Forrest membeli perusahaan pengelolaan pertambangan di daerah Pilbara, Australia Barat yang bernama Allied Mining and Processing. Forrest mengganti nama perusahaan ini menjadi Fortescue Metals Group (FMG).
FMG mencaplok beberapa lokasi tambang rival sekitarnya di Pilbara. FMG menguasai beberapa lokasi Pilbara dengan cadangan bijih besi yang cukup besar, seperti di Mount Nicholas, Christmas Creek, Cloudbreak, dan Tongolo. Tahun 2007, Forrest memperbesar FMG dengan membeli Niagara Mining yang memiliki lokasi tambang sekitar Laverton, Australia Barat. FMG memproduksi rata-rata 55 juta ton bijih besi per tahun. FMG menargetkan ekspansi hingga 155 juta ton bijih besi per tahun pada 2013.
Hingga akhir tahun lalu, FMG memiliki total cadangan 11,42 miliar bijih besi di 85.000 kilometer persegi lahan tambang. Dari total lahan tersebut, baru 25% yang sudah diolah.
FMG memiliki tiga pusat tambang yang terhubung lewat jaringan kereta. Jaringan kereta ini berujung pada dua pelabuhan utama FMG. Ketiga tambang utama FMG adalah Western Hub, Solomon Hub, dan Chichester Hub yang terdiri dari Cloudbreak dan Christmas Creek.
Forrest tahu betul, infrastruktur yang lengkap menjadi modal penting bagi perusahaan tambang. Ia pun mengalokasikan dana cukup besar untuk membangun jaringan kereta untuk mengangkut hasil tambang ke pelabuhan, untuk kemudian dikirim ke pasar.
Tahun 2006, Forrest membangun pelabuhan Herb Elliot di dekat pelabuhan Hedland. Hingga saat ini, Forrest masih memperbesar pelabuhan Herb Elliot. Forrest masih menunggu izin pengembangan kelima pelabuhan Herb Elliot yang diperkirakan turun bulan ini.
Sejak tahun 2011, FMG pun membangun pelabuhan New Pilbara dengan total biaya US$ 2,4 miliar. Untuk melengkapinya, FMG membangun jalur kereta baru ke pelabuhan ini.
Pembangunan infrastruktur FMG sejak dulu bekerja sama dengan tiga perusahaan China. Fortescue pun menjual bijih besi ke China Iron & Steel Association sejak 2009. Ketika itu, FMG menjual sekitar 20 juta ton bijih besi. Total ekspor FMG itu terus meningkat hingga menjadi 40 juta ton bijih besi pada 2011.
Hingga tahun 2013, FMG memperkirakan belanja modal untuk ekspansi infrastruktur US$ 8,4 miliar. Infrastruktur ini untuk mendukung target pengiriman bijih besi 155 juta ton per tahun.
Tahun 2011, FMG mencatat pendapatan US$ 5,54 miliar, naik 72% dibanding pendapatan tahun 2010 sebesar US$ 3,22 miliar. Laba bersih FMG meningkat tajam dari US$ 580 juta tahun 2010 menjadi US$ 1,02 miliar tahun lalu.
(Bersambung)