Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - RIYADH. Ledakan keras terdengar di sekitar ibu kota Arab Saudi pada Selasa (23/6/2020) pagi. Ledakan itu diduga sebagai serangan pesawat tak berawak dan rudal yang dilakukan pada dini hari.
Melansir Jerusalem Post, Kedutaan Besar AS di Arab Saudi mengkonfirmasi laporan media tentang serangan "kemungkinan rudal atau drone" yang menghantam sebuah bangunan di Riyadh. Prihatin bahwa semakin banyak yang datang, AS mendesak masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan.
Pernyataan misi AS pada 23 Juni mengatakan bahwa jika warga mendengar ledakan, mereka harus segera berlindung. Jika mereka tinggal di bangunan, mereka harus pergi ke bagian paling bawah dari jendela atau dekat dinding bagian dalam. "Jika Anda berada di luar ruangan, segera cari perlindungan."
Pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dikeluarkan selama serangan muncul. Rumor mengatakan, berbagai gelombang serangan dilakukan oleh kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Arab Saudi mengatakan bahwa Koalisi pimpinan Saudi di Yaman telah mencegat drone yang sarat dengan bahan peledak. Pemberontak Houthi memiliki drone canggih yang dibangun di atas model Iran. Ini termasuk drone gaya Qasef yang pada dasarnya berkeliaran dengan membawa amunisi atau rudal jelajah, di mana mereka terbang dengan hulu ledak ke sasaran.
Houthi telah membombardir Arab Saudi dengan drone ini selama bertahun-tahun. Namun serangan jarak jauh seperti ini juga bisa jadi rudal.
Iran menggunakan pesawat tanpa awak pada September 2019 untuk menyerang fasilitas energi Abqaiq Saudi. Selain itu AS telah dua kali mencegat pengiriman rudal dan teknologi pesawat tak berawak ke Yaman dan telah memasang pesawat H9outhi di Washington.
Giroskop yang menghubungkan drone Houthi dengan drone Iran yang digunakan di Sudan, Afghanistan dan di tempat lain menunjukkan bahwa Iran telah memberikan Houthi teknik dan pengalaman konstruksi drone.
Iran telah membangun pesawat tanpa awak, seperti Mohajer dan Ababil sejak 1980-an. Dalam beberapa tahun terakhir Iran menjadi lebih canggih setelah mengembangkan drone baru menyaingi AS dan drone lainnya.
Iran mengklaim drone-nya dapat terbang ratusan mil selama berjam-jam dengan hulu ledak. Pada Februari 2018, sebuah pesawat tak berawak Iran yang diterbangkan dari Suriah menembus wilayah udara Israel. Iran juga mengirim tim "drone pembunuh" di dekat Golan pada Agustus 2019.