Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menjelang bulan ketujuh perang Rusia-Ukraina, pemerintah negara Barat yang dimotori Amerika Serikat (AS) berencana meningkatkan produksi senjata agar bisa tetap memberi dukungan kepada Ukraina.
Niatan ini pun telah disampaikan oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin minggu lalu di Jerman, ketika menghadiri pertemuan Grup Kontak Ukraina, kelompok 50 negara yang mendukung Ukraina dalam perang.
Kepala akuisisi senjata Pentagon Bill LaPlante telah memastikan bahwa kelompok itu akan bertemu lagi di Brussels pada 28 September untuk menyamakan visi dalam peningkatan produksi senjata.
Baca Juga: Dituduh Membeli Senjata dari Iran dan Korut, Rusia: Coba Buktikan!
Dilansir dari The Straits Times, Pentagon telah menyediakan sekitar 800.000 peluru artileri 155mm ke Ukraina. Sayangnya, AS hanya memiliki satu pabrik untuk memproduksi, yaitu pabrik General Dynamics di Pennsylvania.
Pabrik itu pun hanya mampu memproduksi 14.000 peluru per bulan.
LaPlante mengatakan bahwa Pentagon telah menyiapkan rencana untuk meningkatkan produksi hingga 36.000 per bulan yang diharapkan tercapai dalam waktu tiga tahun.
Pentagon pun berharap para sekutunya ikut serta meningkatkan produksi senjata mereka untuk membantu mengisi kembali persediaan yang mulai habis karena diserahkan ke Ukraina.
Baca Juga: Situasi Terkini Perang Rusia-Ukraina Menjelang Bulan Ketujuh
AS telah menjadi pemasok senjata utama ke Ukraina selama perang. Negeri Paman Sam telah menjanjikan persenjataan senilai US$15,2 miliar, termasuk rudal anti-tank Javelin, artileri dan amunisi yang kompatibel dengan persenjataan NATO.
Uni Eropa (UE) pun telah menyiapkan anggaran khusus untuk memulihkan pasokan senjata mereka yang semakin sedikit akibat diserahkan ke Ukraina.
Bulan Juli lalu, UE mengumumkan penyediaan dana sebesar 500 juta euro untuk pembelian bersama dalam jangka waktu dua tahun ke depan.
Prioritasnya adalah lebih banyak sistem rudal anti-armor dan anti-pesawat, serta artileri dan amunisi 155mm yang memang banyak dikirim ke Ukraina dalam enam bulan terakhir.
UE mengakui bahwa aktifnya mereka dalam mengirim senjata ke Ukraina telah menciptakan kerentanan yang nyata dalam kemampuan pertahanan mereka. Situasi ini pun mulai mengkhawatirkan dan harus segera diatasi.