kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS bersiap tarik diplomat, warga Irak cemas negaranya akan jadi zona pertempuran


Selasa, 29 September 2020 / 06:54 WIB
AS bersiap tarik diplomat, warga Irak cemas negaranya akan jadi zona pertempuran
ILUSTRASI. AS bersiap untuk menarik diplomat dari Irak setelah memperingatkan Baghdad bahwa mereka dapat menutup kedutaannya.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BAGHDAD. Sumber Reuters yang terdiri dari dua pejabat Irak dan dua diplomat barat menginformasikan, Washington telah membuat persiapan untuk menarik diplomat dari Irak setelah memperingatkan Baghdad bahwa mereka dapat menutup kedutaannya. Langkah ini dikhawatirkan warga Irak dapat mengubah negara mereka menjadi zona pertempuran.

Setiap langkah Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran perwakilan diplomatiknya di negara di mana AS memiliki hingga 5.000 tentara, akan terlihat secara luas di kawasan itu sebagai eskalasi konfrontasinya dengan Iran.

Hal itu pada gilirannya akan membuka kemungkinan aksi militer. Apalagi, jelang beberapa minggu sebelum pemilihan umum AS, Presiden AS Donald Trump telah berkampanye dengan tegas terhadap Teheran dan proksi-proksinya.

Reuters memberitakan sebelumnya, dalam pembicaraan lewat telepon pekan lalu dengan Presiden Irak Barham Salih, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengancam akan menutup kedutaan AS. Percakapan tersebut awalnya dilaporkan oleh situs berita Irak.

Baca Juga: Makin mesra, hubungan bilateral Irak-Iran mencapai babak baru

Menurut sumber Reuters, pada hari Minggu, Washington telah memulai persiapan untuk menarik staf diplomatik jika keputusan seperti itu diambil.

Kekhawatiran di antara warga Irak adalah penarikan diplomat akan segera diikuti oleh tindakan militer terhadap pasukan yang ditargetkan Washington atas aksi sejumlah serangan.

Ulama populis Irak Moqtada al-Sadr, yang memimpin jutaan warga Irak, pekan lalu memohon agar kelompok-kelompok itu menghindari kejengkelan yang akan mengubah Irak menjadi medan pertempuran.

Baca Juga: Teheran: AS tidak dapat memaksakan negosiasi atau perang terhadap Iran

Salah satu diplomat Barat mengatakan, pemerintah AS tidak ingin dibatasi dalam pilihan mereka untuk melemahkan Iran atau milisi pro-Iran di Irak. Ditanya apakah dia mengharapkan Washington merespons dengan tindakan ekonomi atau serangan militer, diplomat itu menjawab: "serangan".

Departemen Luar Negeri AS, saat ditanyakan tentang rencana untuk mundur dari Irak, berkata: "Kami tidak pernah mengomentari percakapan diplomatik dengan para pemimpin asing ... kelompok-kelompok yang didukung Iran yang meluncurkan roket ke Kedutaan Besar kami adalah bahaya tidak hanya bagi kami tetapi juga bagi Pemerintah Irak."

Awal bulan ini, militer Amerika Serikat mengatakan akan mengurangi kehadirannya di Irak menjadi 3.000 tentara dari 5.200 tentara.

Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Perang Irak-Iran pecah, jadi perang terlama di era modern

Pentagon mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya berkomitmen untuk mendukung "keamanan, stabilitas, dan kemakmuran" jangka panjang Irak dan operasi militer AS terhadap ISIS akan terus berlanjut.

Melansir Reuters, di wilayah yang terpolarisasi antara sekutu Iran dan Amerika Serikat, Irak adalah pengecualian yang jarang terjadi: negara yang memiliki hubungan dekat dengan keduanya. Tapi itu membuatnya terbuka untuk risiko abadi menjadi medan pertempuran perang.

Risiko itu semakin besar pada Januari tahun ini, ketika Washington membunuh komandan militer terpenting Iran, Qassem Soleimani, dengan serangan pesawat tak berawak di bandara Baghdad. Iran menanggapi dengan rudal yang ditembakkan ke pangkalan AS di Irak.

Baca Juga: Iran dan Korea Utara lanjutkan kerjasama rudal jarak jauh?

Sejak itu, seorang perdana menteri baru telah mengambil alih kekuasaan di Irak, didukung oleh Amerika Serikat, sementara Teheran masih memiliki hubungan dekat dengan gerakan bersenjata Syiah yang kuat.

Kendati demikian, serangan roket secara teratur terbang melintasi Tigris menuju kompleks diplomatik AS yang dijaga ketat, dibangun untuk menjadi kedutaan AS terbesar di dunia yang disebut Zona Hijau di Baghdad tengah selama pendudukan AS setelah invasi tahun 2003.

Dalam beberapa pekan terakhir, serangan roket di dekat kedutaan telah meningkat. Demikian pula serangan bom pinggir jalan dengan menargetkan konvoi militer yang membawa peralatan ke koalisi militer pimpinan AS. Satu serangan pinggir jalan menghantam konvoi Inggris di Baghdad. Ini merupakan serangan pertama terhadap diplomat Barat di Irak selama bertahun-tahun.

Pada Senin, tiga anak dan dua wanita tewas ketika dua roket milisi menghantam sebuah rumah keluarga, kata militer Irak. Sumber polisi mengatakan bandara Baghdad adalah sasaran yang dituju.

Dua sumber intelijen Irak mengatakan, rencana untuk menarik diplomat Amerika belum final. Langkah itu akan bergantung pada apakah pasukan keamanan Irak mampu melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk menghentikan serangan. Mereka mengatakan telah menerima perintah untuk mencegah serangan di wilayah AS, dan telah diberi tahu bahwa evakuasi diplomat AS hanya akan dimulai jika upaya itu gagal.




TERBARU

[X]
×