Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Kamis mengumumkan serangkaian kesepakatan bernilai lebih dari US$200 miliar (sekitar Rp 3.311 triliun) antara Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab (UEA).
Salah satu sorotan utama dari kesepakatan ini adalah komitmen senilai US$14,5 miliar antara Boeing, GE Aerospace, dan maskapai nasional UEA, Etihad Airways.
Gedung Putih menyatakan bahwa langkah ini merupakan pencapaian besar dalam memperkuat kemitraan ekonomi dan industri penerbangan sipil antara kedua negara.
Etihad Airways Pesan 28 Pesawat Wide-Body: Investasi Jangka Panjang untuk Pertumbuhan Armada
Dalam konfirmasi resmi pada Jumat, Etihad Airways mengumumkan bahwa mereka telah memesan 28 pesawat wide-body Boeing yang akan menggunakan mesin dari GE Aerospace.
Pemesanan ini mencakup varian Boeing 787 Dreamliner dan 777X, pesawat generasi terbaru yang dikenal karena efisiensi bahan bakar dan kapasitas jarak jauh.
Pesawat-pesawat ini dijadwalkan mulai bergabung dengan armada Etihad mulai tahun 2028, sejalan dengan strategi perusahaan dalam menyesuaikan kebutuhan operasional dan jaringan rutenya yang terus berkembang.
Baca Juga: Qatar Siap Investasi Rp165,5 Triliun di Pangkalan Militer AS Terbesar di Timur Tengah
Menyokong Ekonomi AS: Ekspor Teknologi dan Manufaktur Bernilai Tinggi
Gedung Putih menyatakan bahwa investasi besar dari Etihad ini tidak hanya memperdalam hubungan komersial antara UEA dan Amerika Serikat, tetapi juga akan mendukung sektor manufaktur AS, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ekspor teknologi tinggi.
Kehadiran Boeing 777X—pesawat wide-body paling mutakhir yang diproduksi di AS—dalam kesepakatan ini menunjukkan tingkat kepercayaan Etihad terhadap keunggulan industri penerbangan Amerika.
“Dengan memasukkan Boeing 777X dalam rencana armada, investasi ini memperkuat kemitraan jangka panjang antara UEA dan AS dalam sektor penerbangan sipil,” demikian pernyataan resmi Gedung Putih.
Ekspansi Etihad Menuju 2030: Target 170 Pesawat dan Diversifikasi Ekonomi Abu Dhabi
CEO Etihad, Antonoaldo Neves, sebelumnya mengumumkan rencana ekspansi agresif perusahaan. Etihad berniat menambah 20 hingga 22 pesawat baru pada tahun ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan total armada menjadi lebih dari 170 unit pada 2030.
Langkah ini juga mendukung strategi diversifikasi ekonomi Abu Dhabi, mengurangi ketergantungan pada sektor minyak dan gas melalui penguatan sektor pariwisata dan logistik udara.
Armada saat ini yang berjumlah sekitar 100 pesawat akan diperkuat oleh:
-
10 unit Airbus A321LR, mulai beroperasi pada Agustus 2025
-
6 unit Airbus A350
-
4 unit Boeing 787
Pesanan terbaru dari Boeing menambah kedalaman dan fleksibilitas rencana ekspansi jangka panjang Etihad.
Baca Juga: Trump Sebut Amerika 'Negara Bodoh' Gara-Gara Kasus Kewarganegaraan Kontroversial
Dana Kekayaan Negara ADQ dan Restukturisasi Manajemen Etihad
Etihad dimiliki oleh ADQ, dana kekayaan negara Abu Dhabi senilai US$225 miliar, dan telah menjalani restrukturisasi menyeluruh dalam beberapa tahun terakhir. Di bawah kepemimpinan Neves, perusahaan berhasil membalikkan performa finansial dan mulai agresif memperluas jaringan rute serta kemitraan internasional.
Fokus Etihad kini berada pada profitabilitas berkelanjutan dan efisiensi operasional melalui investasi pesawat generasi baru.
Qatar Airways dan Kesepakatan Tambahan US$96 Miliar: Dominasi Boeing di Wilayah Teluk
Kesepakatan dengan Etihad terjadi hanya sehari setelah Qatar Airways, maskapai nasional Qatar, menandatangani kesepakatan besar dengan Boeing selama kunjungan Presiden Trump ke wilayah Teluk.
Kesepakatan tersebut mencakup 160 pesawat wide-body dengan opsi pembelian tambahan 50 unit, bernilai total US$96 miliar, menjadikannya sebagai kontrak terbesar Boeing dalam kategori pesawat berbadan lebar.