kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.430   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.223   -248,56   -3,84%
  • KOMPAS100 896   -33,02   -3,55%
  • LQ45 709   -20,34   -2,79%
  • ISSI 194   -8,31   -4,11%
  • IDX30 370   -9,39   -2,47%
  • IDXHIDIV20 444   -10,12   -2,23%
  • IDX80 103   -3,04   -2,87%
  • IDXV30 107   -2,26   -2,07%
  • IDXQ30 121   -3,14   -2,53%

AS Menyoroti Manipulasi Mata Uang dalam Sengketa Tarif, Apa Maksudnya?


Jumat, 14 Februari 2025 / 20:26 WIB
AS Menyoroti Manipulasi Mata Uang dalam Sengketa Tarif, Apa Maksudnya?
ILUSTRASI. U.S. President Donald Trump holds a signed executive order on tariffs on aluminum imports in the Oval Office of the White House in Washington, U.S., February 10, 2025. REUTERS/Kevin Lamarque 


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Donald Trump tidak hanya mempertimbangkan tarif dan hambatan non-tarif dalam kebijakan perdagangan, tetapi juga meneliti kemungkinan manipulasi mata uang menjelang batas waktu pada bulan April.

"Kami juga sedang melihat manipulasi mata uang," ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam wawancara dengan Fox Business Network pada Jumat (14/2).

Baca Juga: Donald Trump Umumkan ‘Reciprocal Tariff’ untuk Balas Pajak Impor AS

"AS memiliki kebijakan dolar yang kuat, tetapi itu tidak berarti negara lain boleh menerapkan kebijakan mata uang yang lemah."

Pada Kamis (13/2), Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump menginstruksikan tim ekonominya untuk mengembangkan rencana tarif timbal balik bagi setiap negara yang mengenakan pajak atas impor dari AS.

Langkah ini meningkatkan risiko terjadinya perang dagang global.

Baca Juga: Tolak Gabung BRICS, Arab Saudi Justru Gelontorkan Investasi Rp9.800 Triliun ke AS

Memorandum Trump tersebut tidak secara langsung memberlakukan tarif baru, tetapi memerintahkan pemerintahannya untuk menghitung bea masuk yang setara dengan tarif yang dikenakan oleh negara lain serta menanggulangi hambatan non-tarif sebelum 1 April.

"Kami akan menyusun semacam indeks timbal balik, yang akan mencakup tarif, hambatan perdagangan non-tarif, dan manipulasi mata uang di setiap negara," jelas Bessent kepada FBN.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Krisis Ekonomi 2025 dan Ancaman PHK Besar-besaran

Menurutnya, tarif yang direncanakan Trump bisa menjadi sangat besar jika negara-negara lain tidak menurunkan tarif mereka.

Namun, kebijakan tarif akhir akan bergantung pada bagaimana mitra dagang AS merespons.

Selanjutnya: Indodax Caratkan Kinerja Positif, Transaksi Capai Rp 16,01 Triliun per Januari 2025

Menarik Dibaca: KAI Luncurkan KA Perintis Cut Meutia di Aceh, Tarif Rp 2.000


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×