Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Donald Trump tidak hanya mempertimbangkan tarif dan hambatan non-tarif dalam kebijakan perdagangan, tetapi juga meneliti kemungkinan manipulasi mata uang menjelang batas waktu pada bulan April.
"Kami juga sedang melihat manipulasi mata uang," ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam wawancara dengan Fox Business Network pada Jumat (14/2).
Baca Juga: Donald Trump Umumkan ‘Reciprocal Tariff’ untuk Balas Pajak Impor AS
"AS memiliki kebijakan dolar yang kuat, tetapi itu tidak berarti negara lain boleh menerapkan kebijakan mata uang yang lemah."
Pada Kamis (13/2), Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump menginstruksikan tim ekonominya untuk mengembangkan rencana tarif timbal balik bagi setiap negara yang mengenakan pajak atas impor dari AS.
Langkah ini meningkatkan risiko terjadinya perang dagang global.
Baca Juga: Tolak Gabung BRICS, Arab Saudi Justru Gelontorkan Investasi Rp9.800 Triliun ke AS
Memorandum Trump tersebut tidak secara langsung memberlakukan tarif baru, tetapi memerintahkan pemerintahannya untuk menghitung bea masuk yang setara dengan tarif yang dikenakan oleh negara lain serta menanggulangi hambatan non-tarif sebelum 1 April.
"Kami akan menyusun semacam indeks timbal balik, yang akan mencakup tarif, hambatan perdagangan non-tarif, dan manipulasi mata uang di setiap negara," jelas Bessent kepada FBN.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Krisis Ekonomi 2025 dan Ancaman PHK Besar-besaran
Menurutnya, tarif yang direncanakan Trump bisa menjadi sangat besar jika negara-negara lain tidak menurunkan tarif mereka.
Namun, kebijakan tarif akhir akan bergantung pada bagaimana mitra dagang AS merespons.