Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada 26 Mei, menurut Amerika Serikat, sebuah jet tempur China melakukan manuver "agresif yang tidak perlu" di dekat pesawat militer AS di atas Laut China Selatan di wilayah udara internasional.
“Tampak bagi saya bahwa Beijing telah menginstruksikan pasukannya untuk menanggapi dengan lebih tegas terhadap apa yang diyakininya melanggar AS dan pasukan sekutunya,” kata Derek Grossman, analis pertahanan senior di RAND Corporation, sebuah think tank AS.
“Dengan melakukan itu, China hanya meningkatkan kemungkinan salah perhitungan – yaitu kapal atau pesawat bertabrakan secara tidak sengaja – yang kemudian dapat berubah menjadi konflik bersenjata,” tambahnya.
Pada tahun 2001, sebuah pesawat mata-mata AS melakukan pendaratan darurat di pulau Hainan China setelah bertabrakan dengan jet tempur China, dan pilotnya tewas.
Kementerian pertahanan Taiwan pada hari Minggu menyebut tindakan China dengan kapal AS dan Kanada sebagai "provokasi" dan mengatakan itu adalah tanggung jawab bersama negara-negara bebas dan demokratis untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di selat itu.
Baca Juga: 10 Negara Paling Kaya di Asia, Indonesia Masuk Daftar?
"Setiap tindakan untuk meningkatkan ketegangan dan bahaya tidak akan berkontribusi pada keamanan regional," katanya dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Taiwan meminta China untuk menghormati hak atas kebebasan navigasi.
China memandang Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, klaim yang ditolak keras oleh pemerintah di Taipei.
Beijing telah meningkatkan tekanan militer dan politik untuk memaksa Taiwan menerima kedaulatannya, termasuk melakukan manuver reguler di dekat pulau itu.