Sumber: TheIndependent.co.uk | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap sekelompok bankir dan lembaga keuangan yang dituduh mencuci uang hasil kejahatan siber untuk membantu pembiayaan program senjata nuklir Korea Utara.
Dalam pernyataan resmi, Departemen Keuangan AS melalui Kantor Pengawasan Aset Asing (Office of Foreign Assets Control/OFAC) menyebut bahwa peretas dan pelaku rekayasa sosial yang disponsori negara Korea Utara telah menyelewengkan dana lebih dari US$3 miliar (sekitar Rp48 triliun) dalam tiga tahun terakhir, sebagian besar berupa aset digital.
Jumlah tersebut disebut melebihi aktivitas serupa dari negara lain mana pun.
“Peretas yang disponsori negara Korea Utara mencuri dan mencuci uang untuk mendanai program senjata nuklir rezim mereka,” ujar John K. Hurley, Wakil Menteri untuk Urusan Terorisme dan Intelijen Keuangan AS, dalam keterangan resminya.
Jaringan lintas negara untuk cuci uang digital
Departemen Keuangan AS menuduh bahwa Pyongyang mengandalkan jaringan perwakilan bank, lembaga keuangan, dan perusahaan cangkang (shell companies) di berbagai negara — termasuk Korea Utara, Tiongkok, Rusia, dan sejumlah negara lain — untuk mencuci uang hasil penipuan pekerja TI, peretasan kripto, dan pelanggaran sanksi internasional.
Baca Juga: Pemangkasan Penerbangan di AS Picu Kepanikan Maskapai dan Penumpang
Pada tahun 2022, otoritas AS telah memperingatkan perusahaan-perusahaan Amerika agar tidak mempekerjakan tenaga TI asal Korea Utara yang kerap menyembunyikan identitas mereka dan berpura-pura sebagai pekerja jarak jauh untuk mendapatkan akses ke jaringan keuangan global.
Langkah sanksi terbaru ini menargetkan delapan individu dan dua perusahaan, termasuk dua bankir Korea Utara — Jang Kuk Chol dan Ho Jong Son — yang dituduh mengelola dana hingga US$5,3 juta dalam bentuk kripto atas nama First Credit Bank, lembaga keuangan yang sebelumnya juga telah dikenai sanksi Washington.
Korea Utara Disebut Siap Lakukan Uji Coba Nuklir Besar
Sementara itu, laporan intelijen terbaru menyebut bahwa Korea Utara siap melaksanakan uji coba nuklir besar dalam waktu singkat jika pemimpin negara itu, Kim Jong Un, memutuskan untuk melakukannya.
Menurut laporan yang dikutip Yonhap News Agency, Badan Intelijen Pertahanan Korea Selatan menilai bahwa Pyongyang juga menunjukkan tanda-tanda persiapan peluncuran tambahan satelit mata-mata, dengan dukungan teknis dari Rusia, guna mendapatkan kapasitas pengintaian dengan resolusi yang lebih tinggi dibandingkan satelit sebelumnya.
Baca Juga: AS Larang Nvidia Jual Chip AI Versi Terbaru ke China, Beijing Respons Begini
Laporan itu juga menyebut bahwa fasilitas uji nuklir Korea Utara berada di situs Punggye-ri, yang sebelumnya telah digunakan untuk beberapa kali uji coba senjata nuklir.
Pada September 2025, Kim Jong Un sempat menyampaikan dalam pidato mendadak bahwa negaranya akan meningkatkan secara eksponensial jumlah persenjataan nuklirnya, sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional menghadapi tekanan internasional.













