Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Para pendukungnya mengatakan bahwa strategi ini harus mengarah pada biaya vaksin yang lebih rendah untuk semua orang dan lebih cepat mengakhiri pandemi yang telah merenggut sekitar 860.000 nyawa secara global.
Negara-negara kaya yang bergabung dengan COVAX akan membiayai pembelian vaksin dari anggaran nasional mereka, dan akan bermitra dengan 92 negara miskin yang didukung melalui sumbangan sukarela untuk memastikan vaksin dikirimkan secara adil.
Baca Juga: WHO tegaskan vaksin Covid-19 barang umum milik publik
Negara-negara kaya yang berpartisipasi juga bebas untuk mendapatkan vaksin melalui kesepakatan bilateral dan rencana lainnya.
Sebelumnya diberitakan, Amerika Serikat mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka tidak akan bergabung dengan COVAX karena keberatan pemerintahan Trump atas keterlibatan WHO. Ini merupakan sebuah langkah yang digambarkan oleh beberapa kritikus sebagai hal yang mengecewakan.
Berkley mengatakan, dia tidak terkejut dengan keputusan AS, tetapi akan berusaha melanjutkan pembicaraan dengan Washington.
Baca Juga: WHO: Membuka kembali tanpa ada pengendalian Covid-19 merupakan sumber dari bencana
WHO menggambarkan COVAX sebagai "polis asuransi yang tak ternilai" bagi semua negara untuk mengamankan akses ke vaksin Covid-19 yang aman dan efektif ketika dikembangkan dan disetujui. Koordinator telah menetapkan batas waktu 18 September bagi negara-negara yang mendaftar untuk membuat komitmen yang mengikat.
Tujuan COVAX adalah untuk mendapatkan dan mengirimkan 2 miliar dosis vaksin yang disetujui pada akhir tahun 2021. Saat ini, COVAX memiliki sembilan kandidat vaksin Covid-19 dalam portofolionya yang menggunakan berbagai teknologi dan pendekatan ilmiah yang berbeda.
Beberapa sudah dalam uji klinis tahap akhir dan datanya bisa tersedia pada akhir tahun.