Reporter: Femi Adi Soempeno |
SINGAPURA. Negara-negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebaiknya berkolaborasi untuk mengembangkan wilayah ini sebagai export hub atau pusat ekspor untuk biofuel dan energi alternatif lain. Pasalnya, kawasan ASEAN memiliki basis agrikultur yang kuat. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Energi Thailand, Wannarat Channukul, Selasa (8/9).
"Kawasan ini memiliki material yang cukup banyak untuk memproduksi biofuel, seperti minyak sawit, gula dan juga ubi kayu," tegas Wannarat. Menurutnya, ladang di Asia Tenggara ini juga telah terbukti menghasilkan panenan yang lebih tinggi. Selain itu, secara komerisal juga memiliki kemampuan untuk memproduksi biofuel ketimbang jagung dan bit seperti yang diteliti oleh AS maupun Eropa.
Malaysia dan Indonesia merupakan dua negara eksportir terbesar untuk palm oil yang jamak digunakan untuk membikin biodiesel. Sementara itu, Thailand kaya akan ubi kayu dan tercatat sebagai negara eksportir gula terbesar kedua di dunia. Gula dan ubi kayu ini banyak digunakan untuk membuat ethanol, yang jika dikawinkan dengan bensin akan menghasilkan gasohol.
Pemangku kebijakan di Thailand mendesak negara-negara di kawasan ASEAN seperti Laos, Cambodia, Filipina dan Burma untuk membenamkan dananya untuk mengembangkan produk-produk ini.