kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,87   -4,49   -0.48%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asia Tengah Cari Akal untuk Memerangi Lonjakan Inflasi, Bagaimana Indonesia?


Senin, 04 Juli 2022 / 07:16 WIB
Asia Tengah Cari Akal untuk Memerangi Lonjakan Inflasi, Bagaimana Indonesia?
ILUSTRASI. Negara-negara di Asia saat ini memutar otak dalam mengambil langkah-langkah untuk mengatasi inflasi yang melonjak. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie, Dendi Siswanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Negara-negara di Asia saat ini memutar otak dalam mengambil langkah-langkah untuk mengatasi inflasi yang melonjak. Lonjakan inflasi dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang pada akhirnya memiliki efek domino pada rantai pasokan yang sudah terganggu di tengah pandemi.

Malaysia

Melansir Straits Times, di Malaysia, di mana inflasi makanan berada pada level 5,% yang tertinggi dalam 11 tahun, Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob mengatakan pada hari Minggu (3/7/2022) bahwa pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kenaikan biaya hidup.

Pemerintah akan menghabiskan RM 70 miliar untuk subsidi tahun ini - paket dukungan tertinggi negara itu dalam sejarah - untuk meredam lonjakan biaya bensin, solar, bahan bakar gas cair, minyak goreng, tepung dan listrik.

Lebih dari RM 700 juta telah dialokasikan untuk mempertahankan batas harga ayam RM 9,40 per kg. Sementara subsidi minyak goreng mencapai RM 4 miliar hampir dua kali lipat RM 2,2 miliar tahun lalu.

Menyusul pemberian uang tunai yang kedua kepada rumah tangga berpenghasilan rendah, PM Ismail pada hari Minggu mengindikasikan kemungkinan ada program yang ketiga.

Baca Juga: Inflasi Global Berpotensi Melonjak di Akhir 2022, Sektor Manufaktur Bisa Tertekan

Thailand

Inflasi Thailand berada pada level tertinggi dalam 14 tahun, setelah melewati angka 7% di bulan Mei. 

Dewan Keamanan Nasional (NSC) Thailand diperkirakan akan membentuk tim ahli khusus untuk mengatasi krisis bahan bakar dan pangan negara itu ketika bertemu pada hari Senin.

Sekjen NSC Supot Malaniyom mengatakan tim dan instansi terkait akan menangani krisis dalam tiga tahap hingga akhir tahun depan. Ini akan memiliki fokus khusus pada kenaikan harga bahan bakar, yang mempengaruhi sektor transportasi dan inflasi yang memburuk.

"NSC akan fokus pada stabilitas untuk mencegah kelangkaan," katanya, menurut situs berita The Nation.

Menteri Keuangan Arkhom Termpittayapaisith mengatakan Sabtu lalu bahwa pemerintah akan mengupayakan kenaikan upah bagi karyawan sektor swasta untuk membantu mereka mengatasi kenaikan biaya.

Arkhom mengatakan inflasi Thailand akan tetap tinggi untuk sisa tahun ini. 

Baca Juga: Ekonomi Amerika Serikat Suram, Bursa Masih Terus Tertekan

"Ekonomi Thailand menderita dampak tidak hanya dari Covid-19 tetapi juga inflasi tinggi akibat perang Ukraina. Inflasi tahun ini tidak mungkin turun ke tingkat yang terlihat bertahun-tahun yang lalu."

Bank of Thailand diperkirakan akan menaikkan suku bunga kebijakannya, yang saat ini 0,5%, bulan depan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×