Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Asosiasi otomotif VDA Jerman mendesak Komisi Eropa untuk membatalkan rencana tarif terhadap kendaraan listrik buatan China. Upaya ini untuk mempengaruhi negosiasi menjelang keputusan tarif mulai berlaku pada Kamis (4/7).
Asosiasi tersebut dalam rilis dikutip Reuters pada Rabu (3/7) menjelaskan, pemberlakukan tarif akan merugikan produsen mobil Eropa dan AS yang mengekspor dari China. Sebab ada risiko pembalasan dari China yang akan memberikan pukulan keras bagi industri Jerman mengingat tingginya volume ekspor ke China.
Nilai ekspor mobil penumpang dari Jerman ke China tahun lalu naik tiga kali lipat nilai impor dari China. Sementara itu, nilai ekspor oleh pemasok komponen empat kali lipat dari nilai impor, menurut VDA.
Baca Juga: Pabrik Baterai Hyundai Resmi Beroperasi, Harga All New Kona Electric Jadi Lebih Murah
VDA menilai, seharusnya Komisi Eropa fokus pada pengamanan akses terhadap bahan mentah penting yang dikendalikan oleh China untuk industri kendaraan listrik Eropa, mengurangi hambatan terhadap akses pasar, dan menciptakan transparansi pada kebijakan perdagangan. "Tarif anti-subsidi bukanlah langkah yang memadai untuk memperkuat daya saing dan ketahanan Eropa dalam jangka panjang," kata VDA.
China dan Komisi Eropa telah melakukan negosiasi sejak pekan lalu mengenai pembatasan yang ingin dihapuskan oleh Beijing, dan menolak tuduhan subsidi yang tidak adil.
Brussels mengharapkan Tiongkok untuk menghadiri pembicaraan teknis yang berlangsung minggu ini dengan peta jalan untuk mengatasi subsidi yang merugikan pada industri kendaraan listriknya jika ingin ada hasil yang dinegosiasikan.
Produsen mobil China pada bulan lalu telah mendesak pemerintah untuk menaikkan tarif impor mobil berbahan bakar bensin dari Eropa sebagai pembalasan atas tarif tersebut. Pertemuan tertutup untuk membahas tanggapan tersebut dihadiri oleh perusahaan-perusahaan termasuk SAIC, BYD, BMW, Volkswagen dan divisi Porsche 911.
China menyumbang sekitar 30% dari penjualan produsen mobil Jerman. Dimana Jerman sejauh ini merupakan eksportir terbesar kendaraan bermesin 2,5 liter atau lebih dan telah mengirimkan barang senilai US$ 1,2 miliar ke China sejak awal tahun ini, menurut data bea cukai China.
Ekonom Jerman terbagi mengenai tarif, menurut survei Ifo yang diterbitkan pada hari Rabu. Sepertiga dari ekonom berpendapat pengenaan tarif adalah langkah yang tepat untuk melawan subsidi China. Sementara sepertiga lainnya lebih memilih tidak mengenakan tarif sama sekali karena takut akan perang dagang.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Proyek Baterai dan Kendaraan Listrik, Nilai Investasi Rp 160 Triliun
11% dari ekonom menyerukan tarif yang lebih rendah, sementara 6% menginginkan tarif yang lebih tinggi. "Berurusan dengan China merupakan sebuah tantangan," kata ekonom Ifo Niklas Potrafke dalam sebuah pernyataan.