kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.420   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.095   -46,49   -0,65%
  • KOMPAS100 1.030   -10,30   -0,99%
  • LQ45 803   -9,10   -1,12%
  • ISSI 223   -2,38   -1,06%
  • IDX30 419   -4,71   -1,11%
  • IDXHIDIV20 502   -8,79   -1,72%
  • IDX80 116   -1,49   -1,27%
  • IDXV30 119   -2,82   -2,32%
  • IDXQ30 138   -1,77   -1,27%

Associated Press tegur keras jurnalis yang menaikkan berita ke Twitter


Jumat, 18 November 2011 / 14:15 WIB
Associated Press tegur keras jurnalis yang menaikkan berita ke Twitter
ILUSTRASI. Kian menguat, berapa kurs dollar-rupiah Bank Mandiri, hari ini Selasa 29 Desember?./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/21/07/2020.


Reporter: Dyah Megasari, BBC |

NEW YORK. Associated Press (AP) menegur secara keras beberapa jurnalisnya yang melaporkan segala berita melalui Twitter sebelum mem-posting pada media tempatnya bekerja.

Kantor berita itu mengeluarkan peringatan setelah stafnya menulis di time line (TL) bahwa beberapa wartawan AP telah ditahan saat penggiat Wall Street menempati Manhattan.

Insiden ini kembali membuka perdebatan mengenai aturan dan kebijakan antara media tradisional dan media sosial.

Twitter, saat ini telah menjadi layanan berita bagi banyak orang. Tapi informasi tersebut tidak memiliki reputasi mengenai keakurasian. Siapapun, bisa mematahkan berita yang salah menjadi suatu hal yang benar.

Twitter yang telah menjadi "newsroom" bagi semua orang di dunia itu memaksa kantor berita termasuk AP agar menyusun aturan ketat.

"Jika anda memiliki beberapa potongan informasi, foto atau video yang menarik, eksklusif atau cukup mendesak untuk dinaikkan sebagai sebuah berita, Anda wajib mengunggahnya melalui media resmi sebelum menyebarkan hal itu ke media sosial," demikian kebijakan yang dibuat AP.

Setelah insiden terakhir yang terjadi di New York, Managing Editor AP, Lou Ferrara menulis email pada karyawannya. Ia menegaskan, tanggungjawab mereka adalah pada media tempatnya bekerja bukan pada Twitter.

Editor eksekutif Kathleen Carroll juga mengeluarkan memo yang sama. Menurutnya, sebuah berita bisa kehilangan kunci inti yang sejatinya lebih penting disoroti.

"Tidak aneh jika sebuah tweet dijadikan bukti oleh pihak berwenang untuk menahan seseorang karena isinya yang dogmatis dan sarkastik. Hal itu bisa membuat staff kami ditahan lebih lama dari yang diperlukan," ujarnya.

Memang, banjirnya informasi di Twitter ibarat tsunami. Orang dengan mudah mendapatkan informasi tentang apapun. Tetapi, mereka semakin sulit menemukan seseorang yang memiliki informasi valid.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×