kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.534.000   17.000   1,12%
  • USD/IDR 15.920   -50,00   -0,32%
  • IDX 7.465   11,46   0,15%
  • KOMPAS100 1.135   -0,58   -0,05%
  • LQ45 891   0,04   0,00%
  • ISSI 228   1,25   0,55%
  • IDX30 457   0,31   0,07%
  • IDXHIDIV20 549   2,31   0,42%
  • IDX80 130   -0,08   -0,06%
  • IDXV30 133   -0,46   -0,35%
  • IDXQ30 151   0,43   0,29%

Bahan Bakar Fosil Masih Dominan, Energi Terbarukan Harus Digenjot 10 Kali Lipat


Rabu, 11 Desember 2024 / 15:48 WIB
Bahan Bakar Fosil Masih Dominan, Energi Terbarukan Harus Digenjot 10 Kali Lipat
ILUSTRASI. CEO Rosneft, Igor Sechin, dalam kesempatan pada acara St. Petersburg International Economic Forum 2024 (SPIEF 2024) berbagi analisisnya mengenai tantangan yang dunia hadapi dalam mencapai transisi energi.


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Bahan bakar fosil tetap menjadi elemen kunci ketahanan energi global, dengan angka pertumbuhan jauh di atas energi terbarukan. Bahan bakar fosil yang masih memainkan peran penting dalam menjamin ketahan energi global. Bank of America memproyeksikan., konsumsi energi global meningkat 9 juta barrel per day (bpd) setiap tahunnya didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara berkembang.

Begitu pula permintaan minyak global yang diperkirakan akan melonjak menjadi 20 juta bpd pada tahun 2050. Angka ini menunjukan jumlah yang fantastis, dibandingkan dengan pertumbuhan energi terbarukan yang diprediksi hanya tumbuh 2 juta bpd. 

“Investasi besar di sektor energi sangat dibutuhkan. Menurut OPEC, investasi tahunan dalam produksi minyak harus meningkat 50% menjadi $550 miliar pada 2050 untuk memenuhi permintaan pasar dan mengimbangi penurunan cadangan konvensional,” ujar CEO Rosneft, Igor Sechin, dalam penjelasan tertulis, yang diterima awal pekan ini.  

Bos perusahaan energi Rusia tersebut bilang, kenyataan itu menunjukkan, ada kompleksitas  dalam transisi energi global. Pimpinan Rosneft tersebut mencatat,  kapasitas energi terbarukan perlu meningkat sepuluh kali lipat menjadi 35 terawatt pada 2050 untuk mencapai target net zero emission.

Ia juga menyoroti emisi tinggi dari produksi kendaraan listrik. Menunjukkan  teknologi hijau saat ini masih memiliki tantangan besar. Menurut catatannya produksi kendaraan listrik menghasilkan 35%–50% lebih banyak emisi akibat proses produksi baterai.

Baca Juga: Pakar Otomotif Kritisi Potensi Dampak Insentif Fiskal ke Berbagai Jenis Mobil

Pembahasan terkait geopolitik, Igor Sechin menekankan kontribusi Rusia dalam menstabilkan pasar energi global. Rusia terus berkontribusi aktif, salah satunya melalui OPEC+ guna membantu meningkatkan stabilitas pasar dan melindungi kepentingan produsen. "Kerja sama strategis antara negara-negara Eurasia menjadi penting untuk memastikan ketahanan energi jangka panjang, baik di kawasan ini maupun secara global,” jelasnya.

Igor Sechin menekankan potensi besar kerja sama Eurasia. Maka belum lama ini diselenggarakan  Forum Ekonomi Verona Eurasia ke-XVII. Diskusi forum menyoroti isu-isu penting seperti kolaborasi energi dan lingkungan, dinamika antara regionalisasi dan globalisasi, peran infrastruktur dan transportasi dalam pembangunan regional serta global, perubahan di sektor keuangan, tantangan teknologi baru di era digitalisasi, kebutuhan industri global, hingga ketahanan pangan dan upaya melawan penggurunan.

Forum ini menjadi platform penting untuk membahas masa depan kawasan Eurasia. Dengan menekankan inovasi, keberlanjutan, dan kolaborasi internasional sebagai kunci menuju pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Selanjutnya: UMK Tangsel 2025 Diprediksi Naik Jadi Rp 4,9 Juta

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Besok di Bali, 4 Daerah Diguyur Hujan Setengah Hari



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×