Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Jumlah pasien positif virus corona baru terus meningkat di Italia. Kondisi ini menjadi dilema buat ahli anestesi dan dokter tentang siapa yang harus pertama mendapat perawatan.
Saat ini, Business Insider melansir Politico melaporkan, ahli anestesi dan dokter memprioritaskan pasien Covid-19 yang muda dan sehat karena mereka memiliki peluang terbesar untuk bertahan hidup.
“Kami tidak ingin mendiskriminasi,” kata Luigi Riccioni, ahli anestesi yang juga Ketua Komite Kode Etik Siiarti. "Kami menyadari, tubuh pasien yang sangat rapuh tidak bisa mentolerir perawatan tertentu dibanding orang yang sehat".
Baca Juga: Cegah virus corona, China batalkan izin pendakian ke Gunung Everest
Komite Kode Etik Siiarti pun menyusun pedoman rumahsakit yang baru soal prioritas perawatan pasien virus corona.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menempatkan semua Italia di bawah penguncian ketat sejak Selasa (10/3), setelah kasus infeksi negara itu melonjak melewati 9.100 pada Senin (9/2).
Hingga Rabu (11/3), korban meninggal akibat virus corona bertambah 196 orang menjadi 827 orang ketimbang sehari sebelumnya. Sementara jumlah total infeksi naik menjadi 12.462 kasus.
Baca Juga: Tahan penyebaran virus corona, India tangguhkan semua visa turis
Sekarang, tak kurang dari 60 juta penduduk Italia menghadapi pembatasan pada semua aspek kehidupan, termasuk ritel, rekreasi, ibadah, dan perjalanan.
Di rumahsakit, menurut Politico, para pekerja medis berusaha keras untuk melayani semua pasien virus corona, dan menambah jumlah tempat tidur yang tersedia di unit perawatan intensif.
Dokter, yang beberapa di antaranya mengambil giliran kerja ekstra dari kolega yang jatuh sakit, berada di bawah tekanan tinggi.
Baca Juga: Dari menteri hingga wakil presiden, ini 7 pejabat dunia terjangkit virus corona
Dalam sebuah wawancara di surat kabar Corriere della Sera pada Senin (9/3), ahli anestesi Christian Salaroli membandingkan situasi di rumahsakit saat ini dengan masa perang.
“Kami memutuskan berdasarkan usia dan kondisi kesehatan, sama seperti semua situasi perang," ujarnya seperti dikutip Business Insider. "Bukan saya yang memutuskan tetapi buku manual yang kami pelajari."
Salaroli menambahkan, jika seorang pasien datang ke rumahsakit dengan masalah pernafasan yang parah, kemungkinan dokter "tidak akan melanjutkan" dengan perawatan.
Baca Juga: Kasus corona hanya satu digit, China kurangi pembatasan perjalanan di Hubei