Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Informasi saja, Kremlin dipermalukan dua hari lalu ketika sebuah ledakan merusak jembatan terpanjang di Eropa, yang dibangun setelah merebut dan mencaplok semenanjung Krimea Ukraina pada 2014. Ukraina, yang memandang jembatan itu sebagai target militer yang menopang upaya perang Rusia, merayakan ledakan itu tanpa secara resmi mengakui sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Dengan kondisi pasukan yang mengalami kemunduran selama berminggu-minggu di medan perang, pihak berwenang Rusia telah menghadapi kritik publik pertama yang berkelanjutan di negaranya. Para komentator politik di televisi pemerintah menuntut tindakan yang lebih keras.
Ben Hodges, mantan komandan pasukan tentara AS di Eropa, mengatakan skala serangan menunjukkan rencana Rusia untuk meningkatkan mungkin telah disusun sebelum jembatan diserang.
Serangan Senin menyebabkan munculnya kawah besar di sebelah taman bermain anak-anak di salah satu taman tersibuk di pusat kota Kyiv. Sisa-sisa rudal yang tampak terkubur, berasap di lumpur.
Lebih banyak tembakan rudal menghantam ibu kota lagi di pagi hari. Pejalan kaki berkerumun untuk berlindung di pintu masuk stasiun Metro dan di dalam garasi parkir.
Jerman mengatakan sebuah gedung yang menampung konsulatnya di Kyiv telah terkena serangan Senin, meskipun itu tidak digunakan sejak perang dimulai pada 24 Februari. Uni Eropa mengutuk "serangan biadab dan pengecut" pada hari Senin di Ukraina. Pun demikian halnya dengan negara-negara barat.