kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.430   57,00   0,35%
  • IDX 7.618   3,14   0,04%
  • KOMPAS100 1.065   5,05   0,48%
  • LQ45 805   1,84   0,23%
  • ISSI 256   1,72   0,68%
  • IDX30 416   0,88   0,21%
  • IDXHIDIV20 476   -0,82   -0,17%
  • IDX80 120   0,62   0,51%
  • IDXV30 123   0,46   0,37%
  • IDXQ30 133   0,19   0,15%

Bank Dunia Ubah Haluan, Dukung Energi Nuklir untuk Negara Berkembang


Kamis, 12 Juni 2025 / 06:30 WIB
Bank Dunia Ubah Haluan, Dukung Energi Nuklir untuk Negara Berkembang
ILUSTRASI. Presiden Bank Dunia Ajay Banga menyampaikan pandangan saat Plenary Session KTT ke-43 ASEAN di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (5/9/2023). MEDIA CENTER KTT ASEAN 2023/M Agung Rajasa/pras.


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dewan Bank Dunia telah menyetujui untuk mengakhiri larangan lama terhadap pendanaan proyek energi nuklir di negara-negara berkembang sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan listrik yang meningkat, kata Presiden Bank Dunia Ajay Banga pada Rabu (11/6).

Banga menjelaskan strategi energi terbaru Bank Dunia dalam email kepada staf setelah diskusi konstruktif dengan dewan direksi pada Selasa (10/6).

Ia mengatakan bahwa dewan belum mencapai kesepakatan terkait apakah Bank Dunia akan mendanai produksi gas alam, dan jika ya, dalam kondisi seperti apa.

Baca Juga: Trump Accounts: Bayi yang Lahir di AS Dapat Hadiah Investasi US$1.000 dari Pemerintah

Bank pembangunan global ini, yang memberikan pinjaman berbunga rendah untuk mendukung pembangunan berbagai infrastruktur mulai dari tanggul banjir hingga rel kereta api, memutuskan pada 2013 untuk menghentikan pendanaan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir.

Pada 2017, bank juga mengumumkan akan berhenti mendanai proyek minyak dan gas hulu mulai 2019, meskipun masih mempertimbangkan pendanaan proyek gas di negara-negara termiskin.

Persetujuan mengenai energi nuklir relatif mudah dicapai di antara anggota dewan, namun beberapa negara termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris belum sepenuhnya mendukung perubahan pendekatan bank untuk menyertakan proyek gas alam hulu, menurut sumber yang mengetahui diskusi tersebut.

“Meski isunya kompleks, kita telah membuat kemajuan nyata menuju jalur yang jelas dalam menghadirkan listrik sebagai penggerak pembangunan,” ujar Banga, sembari menambahkan bahwa diskusi lebih lanjut masih dibutuhkan terkait proyek gas hulu.

Sejak menjabat pada Juni 2023, Banga telah mendorong perubahan kebijakan energi bank dengan pendekatan “semua sumber masuk” (all of the above) guna membantu negara-negara memenuhi permintaan listrik yang meningkat dan mencapai tujuan pembangunan.

Baca Juga: AS Bersiap Evakuasi Sebagian Kedutaannya di Irak, Situasi Timur Tengah Memanas

Dalam memorandumnya, Banga mencatat bahwa permintaan listrik di negara berkembang diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat pada 2035, yang berarti memerlukan investasi tahunan lebih dari dua kali lipat dari angka saat ini, yakni US$280 miliar untuk pembangkitan, jaringan, dan penyimpanan energi.

Pemerintahan Trump secara aktif mendorong diakhirinya larangan pendanaan proyek energi nuklir sejak awal masa jabatannya.

AS merupakan pemegang saham tunggal terbesar di Bank Dunia dengan porsi 15,83%, disusul Jepang (7%) dan China (sekitar 6%) sehingga keputusan Bank Dunia untuk memperluas pendekatan terhadap proyek energi kemungkinan besar akan disambut baik oleh Presiden Donald Trump, yang telah menarik AS keluar dari Perjanjian Iklim Paris dan target pengurangan emisi sebagai salah satu tindakan pertamanya pada Januari.

Saat ini, sebanyak 28 negara telah menggunakan tenaga nuklir secara komersial, 10 negara siap memulai, dan 10 lainnya berpotensi siap pada 2030, menurut Energy for Growth Hub dan Third Way.

Banga mengatakan, Bank Dunia akan bekerja sama erat dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memperkuat kemampuan dalam memberi nasihat terkait jaminan non-proliferasi nuklir, keselamatan, keamanan, dan kerangka regulasi.

Baca Juga: Pemimpin Al-Qaeda Serukan Pembunuhan Donald Trump dan Pejabat Tinggi Gedung Putih

Bank Dunia juga akan mendukung upaya memperpanjang masa pakai reaktor nuklir yang ada, meningkatkan jaringan listrik, serta mempercepat potensi reaktor modular kecil (SMR).

Komposisi Energi

Pejabat pemerintahan Trump dan sejumlah pakar pembangunan menyatakan bahwa negara berkembang seharusnya tidak dilarang menggunakan sumber energi murah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mereka, sementara negara maju seperti Jerman masih membakar bahan bakar fosil.

Namun, aktivis iklim khawatir bahwa pendanaan terhadap proyek nuklir dan gas alam akan mengalihkan dana dari upaya penting untuk membantu negara berkembang beradaptasi terhadap perubahan iklim dan memanfaatkan sumber energi alternatif seperti tenaga surya.

“Net-zero bukan berarti bebas dari bahan bakar fosil. Itu masih berarti 20% energi berasal dari bahan bakar fosil,” ujar Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley. “Kita tahu bahwa gas alam adalah bahan bakar bersih.”

Baca Juga: Kasus COVID-19 di India Tembus 7.000, Rumah Sakit di Delhi Alami Lonjakan Pasien

Banga mengatakan bahwa strategi baru Bank Dunia akan memungkinkan tiap negara menentukan komposisi energi terbaik mereka.

Beberapa akan memilih tenaga surya, angin, panas bumi, atau hidroelektrik, sementara lainnya mungkin memilih gas alam atau energi nuklir dalam jangka panjang.

Ia menambahkan bahwa Bank Dunia akan tetap memberikan nasihat dan pendanaan untuk proyek gas alam midstream dan downstream jika merupakan opsi paling hemat biaya, selaras dengan rencana pembangunan, meminimalkan risiko, dan tidak menghambat pengembangan energi terbarukan.

Bank Dunia juga akan terus mempelajari teknologi baru seperti penangkapan karbon dan energi laut, serta menyederhanakan proses kajian dan persetujuan proyek.

Selain itu, Bank Dunia tetap akan memberikan pendanaan untuk pensiun dini pembangkit listrik tenaga batubara, mendukung penangkapan karbon untuk industri dan pembangkit, tetapi tidak untuk keperluan enhanced oil recovery (EOR), yang umumnya bisa dibiayai oleh sektor komersial.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×