Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Komposisi Energi
Pejabat pemerintahan Trump dan sejumlah pakar pembangunan menyatakan bahwa negara berkembang seharusnya tidak dilarang menggunakan sumber energi murah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mereka, sementara negara maju seperti Jerman masih membakar bahan bakar fosil.
Namun, aktivis iklim khawatir bahwa pendanaan terhadap proyek nuklir dan gas alam akan mengalihkan dana dari upaya penting untuk membantu negara berkembang beradaptasi terhadap perubahan iklim dan memanfaatkan sumber energi alternatif seperti tenaga surya.
“Net-zero bukan berarti bebas dari bahan bakar fosil. Itu masih berarti 20% energi berasal dari bahan bakar fosil,” ujar Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley. “Kita tahu bahwa gas alam adalah bahan bakar bersih.”
Baca Juga: Kasus COVID-19 di India Tembus 7.000, Rumah Sakit di Delhi Alami Lonjakan Pasien
Banga mengatakan bahwa strategi baru Bank Dunia akan memungkinkan tiap negara menentukan komposisi energi terbaik mereka.
Beberapa akan memilih tenaga surya, angin, panas bumi, atau hidroelektrik, sementara lainnya mungkin memilih gas alam atau energi nuklir dalam jangka panjang.
Ia menambahkan bahwa Bank Dunia akan tetap memberikan nasihat dan pendanaan untuk proyek gas alam midstream dan downstream jika merupakan opsi paling hemat biaya, selaras dengan rencana pembangunan, meminimalkan risiko, dan tidak menghambat pengembangan energi terbarukan.
Bank Dunia juga akan terus mempelajari teknologi baru seperti penangkapan karbon dan energi laut, serta menyederhanakan proses kajian dan persetujuan proyek.
Selain itu, Bank Dunia tetap akan memberikan pendanaan untuk pensiun dini pembangkit listrik tenaga batubara, mendukung penangkapan karbon untuk industri dan pembangkit, tetapi tidak untuk keperluan enhanced oil recovery (EOR), yang umumnya bisa dibiayai oleh sektor komersial.