Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Lamgiat Siringoringo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kehadiran kelompok lesbian, gay, biseksual, transgender, queer atau biasa disebut LGBTQ juga dimanfaatkan oleh bank digital. Misalnya saja Daylight sebuah bank digital di Amerika Serikat ini menargetkan orang-orang yang selama ini dinilai belum bisa memenuhi syarat mendapatkan pinjaman di lembaga keuangan.
Beberapa fitur yang tersedia dalam layanannya sebisa mungkin dibuat ramah terhadap 30 juta orang Amerika yang diperkirakan masuk dalam kategori LGBTQ, seperti membuat akun dengan nama baru mereka meskipun beda dengan nama asli di kartu identitas dan memungkinkan untuk menerima pelatihan keuangan yang tujuannya disesuaikan dengan kebutuhan komunitas LGBTQ.
“Mengembangkan layanan perbankan “di sekitar identitas masyarakat, seperti ras dan orientasi seksual adalah pendekatan modern," ujar CEO perusahaan riset Fintech Today seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/5).
Daylight didirikan oleh oleh Billie Simmons, seorang wanita transgender yang sempat mengalami kesulitan ketika harus mengubah nama dalam rekeningnya.
"Ini adalah pengingat emosional yang terus menerus bahwa sistem akan selalu melihat saya sebagai pribadi yang dulu dan tidak akan membiarkan saya melanjutkan hidup. Sistem perbankan ini tidak dirancang untuk kami," ujar Simmons.
Kehadiran Daylight yang menargetkan kelompok minoritas ini ternyata juga menarik minat investor. Pada tahun 2020, mereka berhasil memperoleh dana hingga US$ 318 juta dari investor.
Baca Juga: Kabar gembira, 2 miliar vaksin Covid-19 bakalan tersedia di India
Dalam kesepakatan di tahun 2021, sudah ada dana hingga US$ 86 juta yang masuk pada bank-bank digital tersebut. Suntikan sebanyak US$ 40 juta ditujukan pada Greenwood yang berasal dari lembaga keuangan AS, seperti Truist Financial Corp, JP Morgan Chase & Co, dan Bank of America Corp.
Kesempatan bank-bank digital ini untuk berkembang dinilai juga memiliki peluang yang besar mengingat branding dan penawaran yang diberikan mampu mengalahkan layanan bank besar. Hanya saja, mereka perlu cepat untuk memperluas basis pelanggan dengan membangun merek yang beresonansi dengan komunitas yang ingin dilayani.
"Anda bisa membuat kesalahan dengan sangat mudah karena Anda tidak akan pernah menarik setiap orang di komunitas itu. Ini adalah komunitas tetapi tidak semua orang adalah salinan," kata Sarah Kocianski, kepala penelitian di konsultan fintech 11: FS.
Sebelumnya juga memang ada beberapa bank lainnya yang menyasar kelompok minoritas. Misalnya ada bank digital lainnya yang memiliki tujuan sama seperti First Boulevard dan Greenwood untuk komunitas orang kulit hitam, Cheese Financial untuk komunitas Asia, dan Majority untuk kelompok imigran.