kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Sentral Eropa Ajak Semua Bank Bersiap Menghadapi Serangan Siber dari Rusia


Rabu, 09 Februari 2022 / 12:16 WIB
Bank Sentral Eropa Ajak Semua Bank Bersiap Menghadapi Serangan Siber dari Rusia


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - FRANKFURT. Bank Sentral Eropa (ECB) menyerukan seluruh bank di benua biru untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan siber dari Rusia di tengah ketegangan dengan Ukraina. Eropa jelas akan merasakan dampak finansial dari konflik kedua negara tersebut.

Dilansir dari Reuters, ECB saat ini sudah mulai berdialog dengan bank-bank di Eropa untuk memastikan seberapa kuat pertahanan mereka terhadap peretasan.

ECB yang saat ini dipimpin mantan menteri Prancis Christine Lagarde mulai mengalihkan perhatiannya ke serangan siber yang diluncurkan dari Rusia sejak krisis di Ukraina memburuk.

Sumber yang dihubungi Reuters mengungkapkan, bank-bank di Eropa saat ini sedang melakukan sejumlah skenario perang dunia maya untuk menguji kemampuan mereka menangkis serangan.

Baca Juga: 6 Kapal Perang Rusia Bertolak ke Laut Hitam dalam Lanjutan Program Latihan

Di Inggris, Pusat Keamanan Siber Nasional mulai memperingatkan organisasi besar untuk meningkatkan ketahanan keamanan siber mereka di tengah ketegangan yang semakin dalam di Ukraina.

Pada Selasa (8/2), Kepala Otoritas Pengawas Keuangan Federal (BaFin) Jerman Mark Branson juga mulai memberikan peringatan tentang keamanan siber. Branson menekankan, perang siber saling berhubungan dengan geopolitik dan keamanan.

Kecurigaan terus mengarah ke Rusia

Kekhawatiran mengenai serangan siber ini bukannya tanpa alasan. Awal tahun ini, beberapa situs web Ukraina terkena serangan dunia maya, dengan peretasnya meninggalkan pesan kepada warga untuk takut dan bersiap menghadapi yang terburuk.

Layanan keamanan negara Ukraina menduga serangan itu datang dari kelompok peretas yang terkait dengan dinas intelijen Rusia berdasarkan karakteristik serangannya.

Rusia tentunya menyangkal tuduhan tersebut dan justru melihat negara-negara Barat saat ini mengalami Russophobia, atau ketakutan berlebihan terhadap segala hal terkait Rusia.

Para pejabat Kremlin juga melayangkan teguran keras dengan mengatakan, negara-negara Barat tidak memiliki hak untuk menceramahi mereka tentang bagaimana harus bertindak.

Rusia justru melihat negara Barat, terutama NATO, adalah pihak yang mencari masalah karena terus memperluas aliansinya di Eropa.

Baca Juga: Kanselir Jerman: Kami Tidak Akan Memasok Senjata Mematikan ke Ukraina

Tidak hanya ECB, Departemen Layanan Keuangan New York juga telah mengeluarkan peringatan kepada lembaga keuangan pada akhir Januari lalu untuk berjaga-jaga terhadap serangan siber dari Rusia.

Menyangkal kecurigaan itu, Rusia menyatakan siap bekerjasama dengan Amerika Serikat dan negara lain untuk menindak kejahatan dunia maya.

Gedung Putih juga menyalahkan Rusia atas serangan siber NotPetya yang sangat parah pada 2017. Saat itu, sebuah virus melumpuhkan sebagian infrastruktur Ukraina dan ribuan komputer di lusinan negara.

Kekhawatiran muncul lagi tahun lalu ketika salah satu aksi peretasan terbesar di dunia terjadi dengan menggunakan perusahaan teknologi AS sebagai batu loncatan untuk berkompromi dengan badan-badan pemerintah AS.

Tentunya, Gedung Putih juga menuduh aksi ini didalangi dinas intelijen asing Rusia. Serangan itu pada dasarnya menargetkan perangkat lunak buatan SolarWinds Corp.

Akibatnya, peretas memiliki akses ke ribuan perusahaan yang menggunakan produknya yang kebanyakan ada di Eropa. Bank sentral Denmark melaporkan infrastruktur keuangan negaranya terkena dampak.




TERBARU

[X]
×