Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
Malaysia, yang hingga pertengahan April memiliki jumlah infeksi tertinggi di Asia Tenggara, telah mempertahankan keputusannya untuk melongarkan kebijakan. Senin (4/5), otoritas kesehatan Malaysia melaporkan 55 kasus virus corona baru, sehingga totalnya menjadi 6.353 kasus.
Namun, tidak ada kematian baru yang dilaporkan. Dan sejauh ini hanya 105 orang telah meninggal akibat virus corona di Malaysia.
Prakash Sakpal, ekonom ING mengatakan, pemotongan agresif suku bunga secara luas diharapkan, dan tapi tidak berdampak signifikan pada pasar.
"Saya pikir para investor lebih suka menikmati kenyataan bahwa pandemi ini mulai terkendali dan ekonomi terbuka, meskipun secara bertahap," Prakash mengatakan kepada Reuters melalui email.
Baca Juga: Malaysia kritik WHO di tengah pandemi corona, ada apa?
Prakash pun memprediksi, BNM masih memiliki ruang untuk pemangkasan lanjutan sebesar 50 basis poin di tahun ini.
Di sisi lain, pemerintah Malaysia telah meluncurkan paket stimulus senilai 260 miliar ringgit pada akhir Maret untuk menjaga perekonomian tetap bertahan selama lockdown sebagian diberlakukan.
BNM mengatakan prospek pertumbuhan terus menjadi subjek tingkat ketidakpastian yang tinggi, "khususnya sehubungan dengan perkembangan seputar pandemi".
Pada bulan April, BNM perkiraan, ekonomi menyusut sebanyak 2% atau tumbuh 0,5% untuk tahun ini karena pandemi virus corona. Tetapi bank sentral Malaysia ini masih menekankan bahwa "ketidakpastian masih besar".
Bank sentral telah memproyeksikan ekspor kontraksi 8,7% pada tahun 2020, karena mitra dagang utama juga berjuang dengan pandemi. Jatuhnya harga minyak global juga memukul pendapatan ekspor Malaysia dari gas alam cair