Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Bank Sentral Singapura (MAS) melonggarkan kebijakan moneter untuk pertama kalinya sejak 2020, dengan alasan proyeksi pertumbuhan dan inflasi tahun ini yang lebih rendah dari perkiraan awal.
Monetary Authority of Singapore (MAS), yang mengatur kebijakan moneter melalui nilai tukar daripada suku bunga, mengumumkan pengurangan kecil pada kemiringan jalur kebijakan yang dikenal sebagai S$NEER (nilai tukar nominal efektif dolar Singapura).
Namun, tidak ada perubahan pada lebar jalur kebijakan atau tingkat pusatnya.
Baca Juga: Bursa Asia Berseri Jumat (24/1) Pagi, Mengekor Jejak Kenaikan Wall Street
"Penyesuaian terukur ini sejalan dengan jalur apresiasi S$NEER yang moderat dan bertahap untuk memastikan stabilitas harga dalam jangka menengah," kata MAS pada Jumat (24/1).
Terakhir kali MAS melonggarkan kebijakan pada Maret 2020 saat Singapura bersiap menghadapi resesi akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia.
Alasan dan Dampak Kebijakan
Ekonom Maybank, Chua Hak Bin mengatakan bahwa dengan inflasi inti di bawah 2% dan pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat, MAS sedang menyesuaikan kebijakan dengan mengurangi tingkat apresiasi S$NEER.
"Apakah MAS akan melonggarkan kebijakan lagi tahun ini bergantung pada tingkat inflasi inti dan seberapa besar perlambatan momentum pertumbuhan," tambah Chua.
Pada Jumat, MAS merevisi proyeksi inflasi inti untuk 2025 menjadi 1,0%-2,0%, lebih rendah dari estimasi sebelumnya 1,5%-2,5%.
Baca Juga: Daftar 5 Negara Paling Kaya Dunia di 2025, Amerika Serikat Tak Masuk Daftar
Inflasi inti telah turun dari puncaknya 5,5% pada Januari dan Februari 2023 menjadi 1,8% pada Desember. Sementara itu, proyeksi inflasi umum tetap di kisaran 1,5%-2,5%.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada 2024 mencapai 4%, melebihi perkiraan awal pemerintah sebesar 3,5%, berdasarkan estimasi awal yang diterbitkan bulan ini.
Namun, MAS memperkirakan PDB akan tumbuh lebih lambat, antara 1%-3%, pada 2025.
Setelah pengumuman ini, nilai dolar Singapura stabil terhadap dolar AS meskipun sempat melemah sesaat, dan indeks saham acuan domestik naik 0,7%.
Kebijakan Unik Singapura
Sebagai ekonomi yang sangat bergantung pada perdagangan, Singapura mengelola kebijakan moneter dengan cara unik, yaitu menyesuaikan nilai tukar dolar Singapura terhadap sekeranjang mata uang, bukan melalui suku bunga domestik seperti kebanyakan negara lainnya.
Baca Juga: Singapore Tourism Board dan Gojek Jalin Kemitraan di Bidang Pariwisata Singapura
MAS telah memperketat kebijakan moneter lima kali sejak Oktober 2021, termasuk dua langkah di luar siklus, untuk mengendalikan inflasi selama pandemi dan di tengah ketidakstabilan geopolitik global.
Namun, sejak April 2023, MAS mempertahankan kebijakan stabil saat kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi mengalahkan risiko inflasi.
Sebelum pengumuman ini, para analis yang disurvei Reuters terpecah pendapatnya terkait kemungkinan MAS melonggarkan atau mempertahankan kebijakan moneter.