Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WELLINGTON. Selandia Baru akan meningkatkan jumlah personel militer untuk menjaga fasilitas karantina dan perbatasan untuk mengekang penyebaran virus corona baru, setelah melaporkan lima kasus baru pada Rabu (19/8).
Sekitar 500 personel militer bakal Selandia Baru kerahkan, menjadikan total pasukan yang mendukung tanggap darurat Covid-19 mencapai 1.200 orang. Ini merupakan kontingen militer terbesar sejak negeri kiwi mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Timor-Leste selama kerusuhan di sana pada awal 2000-an.
"Sampai saat ini, tidak ada pelacakan kluster yang kami hadapi ini ke perbatasan, tetapi kami ingin hal itu seketat mungkin," kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dalam konferensi pers Rabu (19/8) seperti dikutip Reuters.
Selandia Baru memiliki lima kasus baru di komunitas dalam 24 jam terakhir, turun dari 13 kasus pada Selasa (18/8), yang menurut Ardern, mengindikasikan negaranya tidak mengalami lonjakan infeksi lokal.
Baca Juga: Setelah 102 hari, Selandia Baru mencatat kasus lokal pertama virus corona
"Peluncuran rencana kebangkitan kami bekerja seperti yang kami inginkan," kata Ardern yang menambahkan, dia tidak berniat mengerek tingkat pembatasan di Auckland.
Selandia Baru bernasib jauh lebih baik dari kebanyakan negara selama pandemi virus corona. Tetapi, kebangkitan Covid-19 yang tiba-tiba minggu lalu di Auckland mendorong Pemerintah Selandia Baru memberlakukan penguncian level 3 atas 1,7 juta penduduk kota itu hingga 26 Agustus.
Sementara aturan jarak sosial berlaku di kota-kota lain. Hingga Rabu (19/8), Selandia Baru total memiliki 1.299 kasus dengan 22 kematian akibat virus corona.
Asal muasal wabah terbaru di Selandia Baru yang selama tiga bulan lebih tanpa kasus lokal virus corona masih belum diketahui. Tapi, pihak berwenang telah mengesampingkan kemungkinan itu berasal dari makanan atau bahan pangan beku.
Baca Juga: Selandia menunda pemilu di tengah kenaikan kasus corona
Ardern pun menunda pemilihan umum selama sebulan yang harusnya berlangsung awal pekan ini, tunduk pada tekanan dari partai-partai yang mengeluh mereka tidak bisa kampanye dengan hampir sepertiga dari 5 juta warga Selandia Baru diisolasi di Auckland.