Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
Filipina adalah salah satu pemasok bijih nikel terbesar di dunia dan juga kaya akan tembaga dan emas. Tetapi, pemerintah memperkirakan, 95% sumber daya mineralnya masih belum dimanfaatkan.
Pendapatan pertambangan menyumbang kurang dari 1% dari PDB ke perekonomian tahun lalu, menurut data Pemerintah Filipina.
Kamar Pertambangan Filipina menyambut baik keputusan untuk mencabut larangan tersebut, dengan mengatakan "itu akan memungkinkan industri untuk berkontribusi lebih banyak untuk pemulihan ekonomi negara".
Tapi, para pendukung anti-pertambangan menyebutkan, keputusan tersebut adalah "prioritas pembangunan yang picik dan salah tempat dari pemerintah".
"Sekali lagi, rezim Duterte lebih mengutamakan agenda ekonomi yang cacat dengan mengkategorikan pertambangan yang merusak sebagai industri penting sebagai bagian dari pemulihan pandemi," kata Aliansi untuk Mengakhiri Pertambangan dalam sebuah pernyataan.