kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.349   -10,00   -0,07%
  • IDX 7.863   33,73   0,43%
  • KOMPAS100 1.201   5,02   0,42%
  • LQ45 975   5,23   0,54%
  • ISSI 228   0,43   0,19%
  • IDX30 498   2,73   0,55%
  • IDXHIDIV20 600   2,96   0,50%
  • IDX80 136   0,54   0,40%
  • IDXV30 140   0,50   0,36%
  • IDXQ30 167   0,69   0,42%

Banyak Warga Rusia yang Tetap Berlibur ke Krimea Meski Terjadi Perang


Rabu, 30 Agustus 2023 / 08:00 WIB
Banyak Warga Rusia yang Tetap Berlibur ke Krimea Meski Terjadi Perang


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - YALTA. Pada tahun-tahun sebelum pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina, Viktor Motorin dari Siberia bisa naik pesawat dan tiba di Krimea hanya empat jam kemudian untuk bersantai di apartemen liburannya. Akan tetapi, sekarang dia harus terbang dulu ke Moskow dan kemudian menghabiskan satu setengah hari di kereta.

Perang di Ukraina, yang kini telah berlangsung selama 18 bulan, mempersulit banyak warga Rusia untuk mencapai tempat favorit musim panas mereka di wilayah Laut Hitam Krimea, yang direbut dan dianeksasi Moskow dari Ukraina pada tahun 2014.

Dan keselamatan merupakan salah satu faktor bagi sebagian orang, terutama setelah dua serangan besar Ukraina sejak Oktober lalu terhadap Jembatan Krimea sepanjang 19 km (12 mil) yang menghubungkan Rusia melalui jalan darat dan kereta api ke semenanjung tersebut.

Namun setelah mempertimbangkan kekhawatiran tersebut, Motorin, dari kota Khanty-Mansiysk di Siberia bagian barat, mengatakan ia memutuskan bahwa melakukan perjalanan tahunannya masih merupakan risiko yang layak untuk diambil.

“Kami hitung cukup aman, apalagi rekan-rekan saya sudah datang ke sini pada bulan Juni, awal Juli. Katanya di sini semua tenang, tidak ada masalah di Jembatan Krimea. Barang, harga, semuanya seperti dulu,” katanya seperti yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Vladimir Putin Telepon Narendra Modi, Ini Isi Pembicaraannya

Tantangan baru

Warga Rusia sudah tertarik dengan pemandangan indah dan garis pantai berbatu di Krimea sejak zaman Tsar. Namun kini pilihan tempat berlibur menjadi rumit karena beberapa faktor yang berkaitan dengan perang.

Sanksi telah menghentikan penerbangan ke negara-negara Barat, dan melemahnya mata uang rubel Rusia telah meningkatkan biaya perjalanan ke tujuan populer lainnya, seperti Turki dan Thailand.

Wilayah udara komersial di Krimea telah ditutup sejak Rusia melancarkan apa yang disebutnya “operasi militer khusus” di Ukraina pada Februari 2022. Ini berarti pengunjung harus tiba dengan mobil atau kereta api. Perjalanan yang sulit seringkali diperparah dengan antrian panjang di jembatan.

"Kami datang dengan kereta api: memakan waktu dua hari empat jam - tahun ini sangat lama karena kami takut naik mobil. Ini tahun kelima kami datang ke sini untuk berlibur," kata Olga Morskova dari Rybinsk, Moskow utara, sekitar 1.370 km (850 mil) dari Krimea.

Baca Juga: Rusia Berharap Raih Cuan dari Larangan Ekspor Makanan Laut Jepang oleh China

Alexei Volkov, presiden Persatuan Industri Perhotelan Nasional, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa jumlah wisatawan di Krimea diperkirakan turun 20%-30% tahun ini menjadi antara 6 juta hingga 6,5 juta orang.

“Yang istimewa pada tahun ini adalah banyaknya kesulitan yang disebabkan oleh operasi militer khusus dan tantangan baru bagi industri perhotelan dan penduduk lokal ketika situasi (darurat) lebih sering terjadi,” ujarnya.

“Ini adalah musim tersulit dalam sembilan tahun terakhir kami menjadi bagian dari Rusia,” tambahnya, mengacu pada aneksasi tahun 2014 yang dianggap ilegal oleh sebagian besar negara dan Ukraina telah berjanji untuk membatalkannya.

Resor Laut Hitam Rusia lainnya, yang risiko serangannya lebih kecil, mengalami peningkatan permintaan. Volkov mengatakan okupansi hotel di Sochi mencapai 100%, dan bahkan kota pelabuhan Novorossiysk mengalami peningkatan pengunjung sebesar 6%.

Lebih sedikit pengunjung ke Krimea berarti lebih banyak pengunjung yang bertandang ke Kaliningrad di Laut Baltik dan Dagestan di wilayah Kaukasus utara Rusia, katanya.

Baca Juga: Kremlin Sebut Bakal Ada Pertemuan antara Putin dengan Erdogan

Berakibat fatal

Bagi salah satu pasangan asal Rusia, pemilihan Krimea sebagai tujuan liburan terbukti berakibat fatal. Pasangan tersebut tewas dan putri mereka yang berusia 14 tahun terluka, ketika mobil mereka terjebak dalam ledakan saat mereka melintasi jembatan pada 17 Juli, dalam perjalanan pada malam hari untuk menghindari kemacetan lalu lintas.

Kepala dinas keamanan SBU Ukraina, Vasyl Maliuk, kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan serangan sebelumnya yang menyebabkan kerusakan parah pada jembatan pada Oktober lalu.

Pekan lalu Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah menghancurkan 42 drone yang diluncurkan Ukraina di Krimea dalam satu hari. Gubernur yang ditunjuk oleh Rusia mengatakan dua pesawat lagi ditembak jatuh pada hari Senin.

Meskipun perang ini sangat dekat, beberapa orang Rusia yang diwawancarai oleh Reuters enggan memikirkan bahaya tersebut, bahkan mengabaikannya sama sekali.

"Tidak, sama sekali tidak ada rasa takut. Kami pergi tanpa berpikir dua kali, tidak takut pada apa pun; semuanya baik-baik saja," kata Alexander Semashko dari Stavropol di Rusia selatan.

Dia menambahkan, “Tujuan perjalanan kami, tentu saja, adalah untuk beristirahat, dan mendukung operator tur Rusia, pelaku bisnis perhotelan, dan pariwisata Rusia, tidak diragukan lagi.”

Sergei Lenkov, dari Vologda di utara Moskow, mengatakan dia percaya pada sistem pertahanan udara Rusia.

"Tidak ada risiko kok. Langit terlindungi. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujarnya.




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×