Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat
Menemukan vaksin
Meskipun ada upaya bersama dari seluruh dunia, para ahli percaya bahwa dibutuhkan setidaknya satu tahun untuk setiap vaksin tersedia untuk masyarakat umum.
Moderna, sebuah perusahaan biotek berbasis di AS, merilis batch pertama vaksin virus corona untuk digunakan manusia pada 24 Februari 2020.
Dalam sebuah pernyataan, vaksi tersebut telah dikirim ke National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) untuk digunakan dalam studi fase pertama di AS.
Baca Juga: Timbun masker dan hand sanitizer, pedagang bisa dipenjara 5 tahun dan denda Rp 50 M
Uji klinis pertama akan dilakukan di pusat penelitian di Seattle di antara 45 sukarelawan dan diperkirakan akan berjalan 13 bulan dengan tujuan utama adalah untuk mendeteksi apakah vaksin akan memicu respons sistem kekebalan dan apakah itu aman.
Setelah fase pertama, uji klinis untuk benar-benar menguji kemampuan vaksin untuk melawan virus corona baru akan terjadi.
"Percobaan efikasi paling awal akan memakan waktu tambahan enam bulan hingga delapan bulan, jadi meskipun ini adalah yang tercepat yang kami lakukan untuk mengubah urutan virus menjadi percobaan, itu masih tidak akan berlaku untuk epidemi saat ini kecuali jika ini berlanjut untuk yang lain satu atau setengah tahun," kata Anthony Fauci, Direktur NIAID pada konferensi pers yang diadakan Presiden AS Donald Trump pekan lalu.
Karena proses panjang pengembangan vaksin dari awal, para peneliti khawatir proses pengembangan vaksi akan terhenti jika wabah corona mulai reda, seperti yang terjadi dengan kasus SARS beberapa tahun lalu.
"Kami tidak pernah memiliki kesempatan untuk menguji vaksin SARS karena tidak perlu melanjutkan pengembangan pada saat itu," kata Dr Zhong Nanshan, seorang ahli penyakit paru-paru terkemuka di China.
Namun, kata dia, sangat penting untuk melanjutkan upaya pengembangan vaksin dalam kasus ini karena sifat penyebaran virus yang cepat dan ketidakpastian berikutnya tentang berapa lama epidemi ini akan berlangsung.
Baca Juga: Awal kasus positif corona di Indonesia terungkap gara-gara telepon dari WN Jepang