Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Salah satu ahli yang pertama kali meramalkan resesi 2008 membunyikan bel alarm bahwa penurunan ekonomi besar lainnya sedang dalam perjalanan.
Melansir Fortune, dengan meningkatnya kekhawatiran resesi di AS, banyak ekonom memperkirakan penurunan seperti itu pada awal tahun ini.
Pada awal September, ahli strategi Bank of America menulis bahwa mereka memperkirakan "resesi ringan" akan melanda sekitar tahun depan. Lainnya, seperti mantan Menteri Keuangan Larry Summers, lebih bearish dengan perkiraan resesinya. Dia memprediksi bahwa hanya resesi yang dalam akan cukup untuk memperbaiki inflasi tinggi 40 tahun yang melanda negara itu.
Sekarang, ekonom Nouriel Roubini juga berpendapat sama. Roubini merupakan seorang profesor Universitas New York dan CEO Roubini Macro Associates. Dia yang memprediksi kejatuhan pasar perumahan tahun 2007 dan 2008 sehingga membuatnya mendapat julukan Dr. Doom atau Bapak Kiamat.
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg minggu ini, Roubini mengatakan bahwa resesi kemungkinan akan melanda AS pada akhir tahun 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan, yang diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2023.
“Ini tidak akan menjadi resesi yang pendek dan dangkal; itu akan menjadi parah, lama, dan buruk,” terang Roubini.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: The Fed Menaikkan Suku Bunga, akan Menghancurkan Ekonomi AS
Masalah hutang
Untuk menangkis kenaikan inflasi AS, Federal Reserve telah menerapkan serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengerem perekonomian. Tujuannya adalah untuk merekayasa soft landing bagi perekonomian, di mana inflasi kembali ke tingkat tahunan 2% seperti yang ditargetkan The Fed, tanpa memicu penurunan ekonomi yang berkepanjangan atau kenaikan pengangguran yang signifikan.
Tetapi dengan iklim ekonomi saat ini, tujuan soft landing The Fed adalah “misi yang mustahil” menurut Roubini. Dia melihat peningkatan pesat dalam utang perusahaan dan pemerintah selama setahun terakhir sebagai indikator yang memberatkan.
Selama resesi 2008, Roubini berpendapat bahwa sejumlah besar utang konsumen dan perusahaan telah salah urus dan diabaikan oleh lembaga kredit dan pemerintah federal, sehingga berkontribusi terhadap penurunan.
Dalam wawancaranya dengan Bloomberg, dia mencatat bahwa ancaman yang sangat mirip sedang dihadapi ekonomi saat ini.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Kenaikan Suku Bunga The Fed Perlu Diwaspadai
Roubini mengatakan bahwa lingkungan yang diciptakan oleh kenaikan suku bunga bukan pertanda baik bagi meningkatnya tingkat utang global yang terkumpul setelah pandemi. Karena suku bunga pinjaman terus meningkat seperti yang telah diisyaratkan oleh Federal Reserve, hal itu dapat menciptakan semakin banyak perusahaan yang disebut zombie.
Maksudnya adalah perusahaan yang terbentuk selama era kredit mudah sebelum dan awal pandemi, tetapi sekarang tersandung sehingga tidak dapat menghasilkan keuntungan atau membiayai hutang mereka.
“Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, bank bayangan, dan negara zombie akan mati karena suku bunga terus meningkat," kata Roubini.
"Resesi yang panjang dan buruk" juga akan menghancurkan pasar keuangan, Roubini memperingatkan. S&P 500 diprediksi dapat turun di mana saja antara 30% dan 40%, katanya, tergantung pada seberapa parah resesi itu.
Baca Juga: Kerek Bunga 75 Basis Poin, Berikut Pernyataan Lengkap The Fed
Aksi The Fed
Sebelumnya diberitakan, melansir Reuters, The Fed menaikkan suku bunga target ke kisaran 3,00%-3,25%. Ini merupakan level tertinggi sejak 2008. Selain itu, proyeksi baru menunjukkan suku bunga kebijakan naik menjadi antara 4,25%-4,50% pada akhir tahun ini sebelum mencapai 4,50% -4.75% pada tahun 2023.
Gubernur Fed Jerome Powell mengatakan pejabat bank sentral AS bertekad untuk menurunkan inflasi dari level tertinggi dalam empat dekade dan akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai. Menurutnya, ini merupakan sebuah proses yang dia ulangi tidak akan datang tanpa rasa sakit.
"Kita harus mengendalikan inflasi di belakang kita," kata Powell dalam konferensi pers setelah rilis pernyataan kebijakan Fed dan proyeksi ekonomi kuartalan yang diperbarui.
Dia menambahkan, "Saya berharap ada cara tanpa rasa sakit untuk melakukan itu. (tapi) Tidak ada."