Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Barclays Plc mengumumkan program share buyback senilai £500 juta (US$670 juta) serta peningkatan target profitabilitas tahun 2025, menandakan kepercayaan diri manajemen terhadap kinerja pendapatan dan efektivitas program efisiensi biaya.
Kabar tersebut disambut positif oleh pasar, dengan saham Barclays naik 4% pada perdagangan Rabu pagi.
Buyback Saham dan Target Baru Return on Equity
Dalam pembaruan kinerja terbarunya, Barclays menyatakan akan beralih ke pengumuman buyback per kuartal, sekaligus menaikkan target return on equity (ROE) menjadi “di atas 11%” tahun ini—lebih tinggi dari target sebelumnya yang hanya “mencapai 11%.”
CEO C.S. Venkatakrishnan mengatakan peningkatan target ini dimungkinkan berkat pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan serta pelaksanaan efisiensi biaya yang lebih cepat dari jadwal.
“Kami telah secara konsisten menghasilkan modal bagi pemegang saham selama sembilan kuartal berturut-turut,” ujar Venkatakrishnan.
Baca Juga: ANZ Hentikan Program Buyback Saham Namun Tetap Akan Bagi Dividen
Kinerja tersebut memungkinkan bank mempercepat rencana distribusi kelebihan modal kepada pemegang saham, termasuk melalui buyback saham yang diumumkan kali ini.
Laba Turun Tipis, Tapi Masih Sesuai Ekspektasi
Untuk kuartal ketiga, Barclays melaporkan laba sebelum pajak sebesar £2,1 miliar, turun 7% dibanding tahun sebelumnya, namun sejalan dengan perkiraan analis.
Bank juga menyisihkan £235 juta tambahan untuk menutupi skandal mis-selling pembiayaan mobil, serta mencatat beban £110 juta akibat kolapsnya perusahaan asal AS, Tricolor, yang memicu kekhawatiran lebih luas terhadap paparan perbankan global di pasar private credit.
Menurut Matt Britzman, analis ekuitas senior di Hargreaves Lansdown, hasil ini menunjukkan bahwa “Barclays tampil lebih kuat dari yang terlihat di permukaan.” Jika beban hukum sektor pembiayaan kendaraan dikeluarkan, laba kuartalan bank justru 13% di atas ekspektasi pasar.
Baca Juga: Laba Bersih Shell Turun 28% Namun Tetap Melanjutkan Buyback Saham
Kinerja Bank Investasi Mengecewakan
Meskipun pendapatan di unit bank investasi naik 8% secara tahunan, didorong oleh kenaikan 15% di bisnis pasar global, kinerja keseluruhan masih di bawah pesaing Wall Street.
Pendapatan dari biaya transaksi dan penasehatan korporasi justru turun 2%, kontras dengan bank-bank AS yang mencatat lonjakan dua digit seiring kembalinya kepercayaan korporasi terhadap aktivitas merger dan penawaran umum.
Venkatakrishnan menjelaskan bahwa kinerja tersebut bukan karena kurangnya investasi modal, melainkan karena “kuartal ini didominasi oleh beberapa transaksi besar yang tidak melibatkan Barclays.”
Berdasarkan data LSEG, Barclays turun enam peringkat menjadi posisi ke-14 dalam daftar pengumuman merger global kuartal terakhir, dan secara kumulatif tahun ini berada di posisi ke-7, tertinggal dari enam bank asal Amerika Serikat.
Baca Juga: Meski Laba Menurun, HSBC Tetap Lakukan Buyback Saham
Namun, terdapat titik cerah di bisnis perbankan konsumer AS, di mana pendapatan melonjak 19%, didorong oleh kenaikan harga produk dan akuisisi portofolio kartu kredit bersama General Motors.
Kekhawatiran Soal Paparan Private Credit
Pasar keuangan global kini menyoroti melemahnya standar pinjaman, khususnya di sektor private credit, yaitu pasar pinjaman non-bank yang tumbuh pesat selama beberapa tahun terakhir. Sejumlah kebangkrutan di AS telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi risiko sistemik.
Venkatakrishnan menegaskan bahwa Barclays tidak memiliki eksposur terhadap First Brands, produsen suku cadang mobil yang baru-baru ini bangkrut.
“Kami memang menolak bekerja sama dengan perusahaan tersebut karena kekhawatiran terhadap proyeksi keuangannya,” ujarnya.
Barclays mengungkapkan bahwa paparan ke private credit mencapai £20 miliar, atau sekitar 6% dari total pinjaman bank, dengan 70% di antaranya berada di pasar Amerika Serikat.