Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menelepon Ketua House of Representatives (DPR AS) Nancy Pelosi, setelah tahu dia hendak dimakzulkan.
Sebelumnya, Pelosi mengumumkan penyelidikan pemakzulan pasca Trump disebut-sebut menekan Ukraina untuk mencari kesalahan pesaingnya, Joe Biden.
Dalam percakapan telepon, Selasa (24/9), Trump dan Pelosi membicarakan "apa yang bisa mereka sepakati" soal whistleblower.
Baca Juga: DPR AS umumkan penyelidikan pemakzulan Donald Trump atas kontroversi Ukraina
Si whistleblower disebut-sebut merupakan pejabat intelijen AS yang mengeluh mengenai percakapan Sang Presiden dengan sejumlah pemimpin asing. Keluhan itu kemudian mengerucut kepada tuduhan Trump sedang menekan Ukraina guna mencari kasus dari Joe Biden.
Tapi, Ketua DPR AS pun langsung menolak tawaran Trump, menurut koresponden NBC News Heidi Przybyla, seperti dikutip The Independent, Rabu (24/9).
"Presiden berkata kepada Pelosi, 'Hei, apa yang kita lakukan terhadap si whistleblower ini? Apa yang bisa kita sepakati?" ujar Przybyla.
Baca Juga: Hillary dukung pemakzulan terhadap Presiden Trump
Dalam wawancara dengan MSNBC’s The Beat with Ari Melber, Pelosi mengatakan, Trump bisa memberi tahu rakyat bahwa dia akan menaati hukum. Pelosi yang sebelumnya menentang rencana Trump dimakzulkan bilang, Presiden 73 tahun ini dianggap sudah melewati batas.
Politisi dari Partai Demokrat itu menyebutkan, Trump sudah melanggar konstitusi dengan meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mencari kesalahan Biden.
Percakapan Trump dan Zelensky pada Juli lalu terjadi beberapa hari setelah dia memerintahkan penangguhan bantuan militer senilai hampir US$ 400 juta.
"Presiden harus bertanggungjawab. Tidak ada orang yang berada di atas hukum," ujar Pelosi saat mengumumkan penyelidikan pemakzulan atas Trump.
Baca Juga: Ramai bahas pemakzulan Trump, begini proses untuk melengserkan seorang Presiden AS
Gedung Putih kemudian memberi izin perilisan transkrip percakapan Trump dan Zelensky yang "tidak diedit dan rahasia".
Presiden dari Partai Republik itu mengakui, menyebut nama Biden dalam percakapan telepon. Tapi, Trump bersikukuh, masih dalam taraf "wajar".
Gedung Putih awalnya menolak menyediakan detail keluhan si whistleblower kepada Kongres AS. Tetapi, mereka setuju setelah melalui proses pemindaian percakapan rahasia.
Penulis: Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dirinya Hendak Dimakzulkan, Trump Telepon Ketua DPR AS"