Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Bentrokan kembali meletus di wilayah perbatasan negara Azerbaijan dan Armenia, kantor berita Rusia melaporkan pada Selasa pagi (13/9).
Dilansir dari Reuters, otoritas Azerbaijan mengatakan, pasukan Armenia telah terlibat dalam kegiatan intelijen di perbatasannya. Aktivitas yang terlihat adalah memindahkan senjata dan pada Senin (12/9) malam melakukan operasi penggalian.
Azerbaijan menilai tindakan itu bersifat lokal yang ditujukan untuk sasaran militer.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan dalam pernyataannya menyebutkan, beberapa situs yang dijaga militer telah menjadi sasaran tembak dari berbagai jenis senjata milik militer Armenia.
"Beberapa posisi, tempat perlindungan, dan titik-titik yang diperkuat dari angkatan bersenjata Azerbaijan berada di bawah penembakan yang intens dari senjata berbagai kaliber, termasuk mortir, oleh unit-unit tentara Armenia," ungkap Kementerian Pertahanan Azerbaijan.
Baca Juga: Turki akan bergabung dengan Rusia awasi perdaiaman Nagorno-Karabakh
Sejalan dengan itu, Kementerian Pertahanan Armenia juga mengakui, penembakan masih berlanjut secara intensif. Mereka menyebut insiden ini terjadi karena ada provokasi dari pihak Azerbaijan.
"Penembakan intensif terus berlanjut, ini dimulai sebagai akibat dari provokasi skala besar oleh pihak Azerbaijan. Angkatan bersenjata Armenia telah meluncurkan respons yang proporsional," kata Kementerian Pertahanan Armenia dalam pernyataannya Selasa.
Kantor berita Interfax melaporkan, Armenia akan meminta perjanjian kerjasama dengan Rusia dan mengajukan banding ke blok keamanan yang dipimpin Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), serta Dewan Keamanan PBB.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan juga telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken untuk membahas situasi tersebut.
Baca Juga: Amnesty International: Konflik Nagorno-Karabakh sarat pelanggaran hukum perang
Bentrokan baru ini dikhawatirkan akan membuka lagi permusuhan kedua negara terkait wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Konflik pertama kali pecah pada akhir 1980-an, ketika kedua negara masih berada di bawah bendera Uni Soviet. Saat itu, pasukan Armenia merebut sebagian besar wilayah di dekat Nagorno-Karabkah.
Wilayah tersebut telah lama diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan. Namun, mayoritas penduduknya adalah bangsa Armenia.
Dalam perang tahun 2020 lalu, Azerbaijan akhirnya mendapatkan kembali wilayah itu. Lewat mediasi Rusia, perang berakhir dengan gencatan senjata.