Sumber: TASS | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Pemerintah Turki disebut akan ikut serta mengawasi proses perdamaian konflik Nagorno-Karabakh. Keinginan Turki ini disampaikan langsung oleh sang presiden dalam dialognya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kantor berita TASS mengabarka bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (10/11) melakukan dialog via telepon, mendiskusikan situasi Nagorno-Karabakh yang akan segera memasuki fase damai.
Direktorat Komunikasi Presiden Turki menyampaikan bahwa selama pembicaraan berlangsung, Erdogan menyambut baik upaya damai dan melihatnya sebagai sebuah langkah yang benar.
"Presiden Erdogan menyatakan bahwa Turki bersama Rusia juga akan melakukan kegiatan observasi dan pemantauan atas gencatan senjata dengan menggunakan joint center yang akan dibuat di wilayah yang ditentukan pihak Azerbaijan," ungkap perwakilan presiden yang dikutip TASS.
Erdogan juga menekankan pentingnya orang-orang Azerbaijan untuk kembali ke Karabakh setelah sebelumnya dipaksa meninggalkan wilayah tersbut akibat invasi Armenia.
"Presiden Erdogan mencatat bahwa semangat kerja sama yang sama dalam krisis Suriah juga perlu dipegang, dan di sini mekanisme serupa bisa dilakukan," ungkap pihak direktorat.
Baca Juga: Rusia kirimkan pasukan perdamaian untuk amankan Nagorno-Karabakh
Secara umum Erdogan melihat bahwa situasi Nagorno-Karabakh saat ini menunjukkan perlunya kerja sama antara Turki dan Rusia dalam menyelesaikan konflik dan krisis regional. Ia mengutip upaya yang serupa di Suriah sebagai contoh yang baik dalam menjaga keamanan di Nagorno-Karabakh.
Armenia dan Azerbaijan sepakat berdamai
Upaya damai Armenia dan Azerbaijan dimulai pada 9 November lalu saat Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menandatangani pernyataan bersama tentang gencatan senjata secara menyeluruh di Nagorno-Karabakh mulai 10 November.
Menyusul kesepakatan tersebut, pihak Rusia akan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke wilayah Nagorno-Karabakh untuk menjamin situasi tetap damai dan mencegah adanya pihak yang berusaha melanggar kesepakatan.
Dalam kesepakatan tersebut, pihak Armenia dan Azerbaijan juga diwajibkan untuk saling mengembalikan tahanan perang ke negara masing-masing.