Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Rabu (13/10/2021) bahwa pihaknya membentuk kelompok penasihat baru terkait dengan patogen berbahaya.
WHO bilang, ini mungkin merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menentukan asal-usul virus SARS-CoV-2 dan mendesak China untuk memberikan data dari kasus-kasus awal.
Reuters memberitakan, kasus manusia pertama COVID-19 dilaporkan di kota Wuhan di China tengah pada Desember 2019. China telah berulang kali menolak teori bahwa virus corona bocor dari salah satu laboratoriumnya dan mengatakan tidak diperlukan lagi kunjungan tim internasional.
Sebelumnya, sebuah tim yang dipimpin WHO menghabiskan empat minggu di sekitar Wuhan pada awal tahun ini dengan para ilmuwan China. Dalam laporan bersama pada bulan Maret, tim WHO dan ilmuwan China mengatakan bahwa virus tersebut mungkin telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain. Akan tetapi, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Baca Juga: Intelejen AS kesampingkan virus Covid-19 sebagai senjata biologis, ini kata Joe Biden
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan penyelidikan terhambat oleh kelangkaan data mentah yang berkaitan dengan hari-hari pertama wabah dan telah menyerukan audit laboratorium.
WHO pada hari Rabu sudah menyebutkan 26 anggota yang diusulkan dari Kelompok Penasihat Ilmiah tentang Asal-usul Patogen Novel (SAGO). Mereka termasuk Marion Koopmans, Thea Fischer, Hung Nguyen dan ahli kesehatan hewan Tiongkok Yang Yungui, yang mengambil bagian dalam penyelidikan bersama di Wuhan.
Maria van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, menyuarakan harapan bahwa akan ada misi internasional lebih lanjut yang dipimpin WHO ke China yang akan melibatkan kerja sama negara itu.
Baca Juga: Kembali berselisih, China kritik AS atas laporan asal usul Covid-19
Dia mengatakan pada konferensi pers bahwa lebih dari tiga lusin studi yang direkomendasikan masih harus dilakukan untuk menentukan bagaimana virus berpindah dari spesies hewan ke manusia.
Pengujian antibodi China yang dilaporkan pada penduduk Wuhan pada 2019 akan "sangat penting" untuk memahami asal-usul virus, kata van Kerkhove.