Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
Mengutip Financial Times, beberapa investor sudah mendesak Cheng untuk mengurangi subsidi. Tujuannya, mempercantik laporan keuangan Didi. Seperti diketahui, untuk mendongkrak pangsa pasar, Didi memberikan subsidi ongkos kepada pengemudi dan konsumen saat memesan taksi ataupun kendaraan pribadi.
Sejatinya, untuk menenangkan hati investor, Cheng telah menaikkan tarif transportasi Didi sebesar sepertiga dari sebelumnya. Mengutip pernyataan resmi Didi, kenaikan harga ini bervariasi antara kota yang satu dengan kota lain.
Tecatat beberapa kota yang menjadi sasaran kenaikan harga adalah Chengdu, Guangzhou dan Hefei. Kenaikan harga ini ternyata tidak hanya dilakukan oleh Didi. Uber China melakukan hal serupa.
Namun, Uber China mengklaim tidak menaikkan harga lebih tinggi ketimbang Didi. Kenaikan tarif transportasi online berpotensi terus berlanjut. Pasalnya, Uber dan Didi belum berhasil mencatatkan laba positif sampai Juni 2016.
Cheng menyebutkan, Didi telah menghabiskan dana sekitar US$ 4 miliar untuk membiayai ekspansi di pasar China. Sebagian besar dana jumbo itu dialokasikan sebagai subsidi tarif.
Pekerjaan rumah lain yang harus dikerjakan Cheng adalah meyakinkan pemerintah daerah untuk mengeluarkan peraturan yang mendukung bisnis pemesanan transportasi online. Wajar saja jika Didi berusaha mati-matian meraih dukungan pemerintah, sebab praktik transportasi online kerap menuai protes, khususnya perusahaan taksi konvensional.
Selain itu, Cheng memastikan diri untuk memperbaiki standar keselamatan dan keamanan penumpang. Pada Juni kemarin Didi menambahkan beberapa fitur keselamatan.
Sebagai contoh, menyediakan tombol SOS di aplikasi pemesanan. Tombol SOS ini berfungsi sebagai indikator kondisi keselamatan pengemudi dan penumpang saat berkendaraan.
(Selesai)