kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya perang dagang US$ 470 miliar


Rabu, 14 Maret 2018 / 06:51 WIB
Biaya perang dagang US$ 470 miliar
ILUSTRASI.


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Keputusan Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif impor baja dan aluminium baru langkah awal. Presiden AS Donald Trump mengatakan, akan ada lebih banyak pungutan bea masuk impor lain yang akan diterbitkan.

Menurut ekonom Bloomberg Economics, perang perdagangan seperti ini berpotensi menambah biaya ekonomi hingga US$ 470 miliar secara global. Skenario tambahan biaya tersebut ketika AS menerapkan tarif impor sebesar 10% dan negara-negara lain akan melakukan tindakan balasan dengan menerapkan kebijakan serupa.

Analisa para ekonom Bloomberg yang dirilis Senin (12/3) juga memprediksi, pertumbuhan ekonomi global akan turun 0,5% daripada seharusnya pada tahun 2020 dengan adanya kebijakan tarif impor ini. "Ini skenario ekstrem tapi ini bukan hal yang mustahil untuk terjadi," ujar ekonom Jamie Murray dan Tom Orlik dalam analisisnya.

Produktivitas turun

Ekonom melihat, gejolak ekonomi akan terjadi lewat berbagai elemen seperti inflasi yang naik lebih cepat sehingga menurunkan permintaan konsumen di AS. Pada gilirannya kondisi ini akan merugikan negara eksportir yang mengirim barang-barangnya ke AS. Pembalasan kebijakan tarif impor juga akan membuat kenaikan inflasi di negara-negara lain.

Dampak pada AS akan terlihat lewat ekonomi yang akan tumbuh 0,9% lebih kecil di 2020 jika tarif impor dijalankan. Inflasi akan meningkat meskipun ekonom melihat The Federal Reserve (The Fed) akan melakukan penjagaan untuk sementara waktu. Faktanya, sebagian besar bank sentral global bisa menghadapi pilihan sulit antara mengatasi kenaikan harga dan pelemahan permintaan di tengah perang dagang.

Berdasarkan estimasi ekonom, perdagangan global akan 3,7% lebih rendah pada 2020 dibanding dengan skenario normal tanpa ada pengenaan tarif impor. Dampak terhadap ekonomi global akan terasa segera setelah tahun ini, meskipun moderat, dan pertumbuhannya akan menjadi 0,2 poin lebih lemah pada tahun 2019 dan 0,3 poin lebih rendah pada tahun 2020.

Akan terjadi pukulan jangka panjang terhadap produk domestik bruto (PDB) global, dengan adanya perlambatan perdagangan yang membuat persaingan menjadi lebih mengendur, juga pertukaran teknologi dan gagasan yang kian besar. Ini semua akan mengurangi produktivitas dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di dunia.

Itu adalah kekhawatiran banyak orang, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, yang telah memperingatkan bahwa tidak ada yang akan memenangkan sebuah konflik perdagangan global.




TERBARU

[X]
×