Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
"KTT ini seharusnya menjadi titik balik. Tetapi kita telah melihat kurangnya komitmen luar biasa dari negara-negara pencemar terbesar dan terkaya, yang terus mengambil langkah-langkah tak berarti menuju penyelesaian krisis hidup atau mati," kata Harjeet Singh, yang memimpin tim amal perubahan iklim ActionAid.
Kate Hampton, yang berbicara sebagai kepala Yayasan Dana Investasi Anak-Anak, mengaku sangat sedih karena janji-janji yang dibuat di sana kemungkinan akan mengecewakan para aktivis muda yang mendorong perubahan cepat untuk mengatasi ancaman iklim.
"Saya berharap kursi saya diambil oleh pemimpin G20 yang menggandakan komitmen mereka," katanya. "Jika kita tidak dapat mempercepat banyak solusi yang tersedia untuk kita sekarang ... lalu apa yang kita lakukan, sungguh?"
Jennifer Morgan, Ketua Greenpeace International, mengatakan, "Sebagian besar, para pemimpin dunia tidak memberikan apa yang dibutuhkan di New York hari ini".
Tuntutan generasi muda
Ketika para politisi berbicara, para aktivis iklim muda mengajukan keluhan penting di New York meminta agar PBB memerintahkan anggotanya bertindak cepat dalam mengakselerasi perubahan iklim, demi melindungi generasi mendatang.
Petisi, yang dibawa oleh aktivis remaja Swedia Greta Thunberg dan 15 aktivis muda lainnya, menuduh bahwa ancaman iklim dari cuaca ekstrem hingga kelaparan yang semakin memburuk- secara efektif merupakan pelanggaran terhadap hak asasi anak-anak.
"Orang-orang menderita. Orang-orang sekarat dan yang dapat Anda bicarakan hanyalah uang dan dongeng pertumbuhan ekonomi abadi," kata Thunberg yang marah ketika pembukaan KTT PBB.
Baca Juga: Ratusan bank bernilai US$ 47 triliun adopsi kebijakan iklim baru dalam berbisnis
"Jika Anda memilih mengecewakan kami, saya katakan kami tidak akan pernah memaafkan Anda," katanya, sebelum meninggalkan panggung untuk mengajukan keluhan bersama aktivis pemuda New York Alexandria Villaseñor umur 14 tahun dan aktivis kampanye muda lainnya.
Banyak pemimpin dunia di KTT PBB mengatakan mereka mengakui beratnya ancaman iklim - dan tahu bahwa apa yang mereka lakukan untuk mengatasinya tetap tidak mencukupi.
"Jika kita harus mengatasi ancaman luar biasa yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, kita harus mulai dengan penilaian jujur terhadap diri kita sendiri," kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, yang negaranya adalah pemimpin upaya mengekang emisi pemanasan planet.