CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Biden Sebut Xenofobia Jadi Penyebab Krisis Ekonomi China, Jepang, dan India, Apa Itu?


Jumat, 03 Mei 2024 / 05:53 WIB
Biden Sebut Xenofobia Jadi Penyebab Krisis Ekonomi China, Jepang, dan India, Apa Itu?
ILUSTRASI. Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa xenofobia di China, Jepang, dan India menghambat pertumbuhan mereka. REUTERS/Elizabeth Frantz


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pada Rabu (1/5/2024), Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa xenofobia di China, Jepang, dan India menghambat pertumbuhan ekonomi mereka. Biden berpendapat bahwa migrasi berdampak baik bagi perekonomian AS.

"Salah satu alasan mengapa perekonomian kita tumbuh adalah karena Anda dan banyak orang lainnya. Mengapa? Karena kita menyambut baik imigran," kata Biden pada acara penggalangan dana di Washington untuk kampanye pemilihannya kembali pada tahun 2024 seperti yang dikutip Reuters.

Dia kemudian menambahkan,“Mengapa perekonomian China sangat terpuruk, mengapa Jepang mengalami kesulitan, mengapa Rusia, mengapa India, karena mereka xenofobia. Mereka tidak menginginkan imigran. Imigranlah yang membuat kita kuat.”

Melansir AP, Biden menegaskan bahwa imigranlah yang membuat Amerika kuat. 

"Bukan lelucon. Itu bukan hiperbola, karena kita mempunyai banyak pekerja yang ingin berada di sini dan ingin berkontribusi,” jelasnya

Belum ada reaksi langsung dari pemerintah Jepang atau India. 

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Biden menyampaikan pendapat yang lebih luas tentang sikap AS terhadap imigrasi.

Baca Juga: Tiongkok Isyaratkan Aksi Balas Dendam setelah Biden Tandatangani UU Taiwan dan TikTok

“Sekutu dan mitra kami tahu betul bagaimana Presiden Biden menghargai mereka, persahabatan mereka, kerja sama mereka, dan kemampuan yang mereka bawa ke berbagai spektrum dalam berbagai masalah, tidak hanya terkait keamanan,” kata Kirby pada Kamis pagi ketika ditanya tentang pernyataan xenofobia Biden. 

Reuters melaporkan, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bulan lalu bahwa setiap negara akan mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, berkisar dari 0,9% di Jepang yang sangat maju hingga 6,8% di negara berkembang di India.

Mereka memperkirakan Amerika Serikat akan tumbuh sebesar 2,7%, sedikit lebih cepat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu sebesar 2,5%. Banyak ekonom mengaitkan pertumbuhan yang lebih baik dari prediksi ini karena banyaknya migran yang memperluas angkatan kerja di negara tersebut.

Kekhawatiran mengenai migrasi tidak sesuai aturan telah menjadi isu utama bagi banyak pemilih AS menjelang pemilihan presiden bulan November.

Biden, yang mengecam retorika lawannya dari Partai Republik Donald Trump sebagai anti-imigran, telah berupaya menjalin hubungan ekonomi dan politik yang luas dengan negara-negara termasuk Jepang dan India untuk melawan China dan Rusia secara global.

Baca Juga: AS Janji Selesaikan Dermaga Bantuan Gaza Kurang dari Satu Bulan

Masalah populasi

AP melaporkan, Jepang telah mengakui adanya masalah penyusutan populasinya. Jumlah bayi yang lahir di negara tersebut pada tahun 2023 turun selama delapan tahun berturut-turut, menurut data yang dirilis pada bulan Februari. 

Kishida menyebut rendahnya angka kelahiran di Jepang sebagai “krisis terbesar yang dihadapi Jepang”. Negara tersebut telah lama dikenal dengan sikapnya yang lebih tertutup terhadap imigrasi, meskipun pemerintahan Kishida, dalam beberapa tahun terakhir, telah mengubah kebijakannya untuk mempermudah proses imigrasi pekerja asing untuk datang ke Jepang.

Sementara itu, populasi India telah membengkak menjadi yang terbesar di dunia, dan PBB mengatakan jumlah penduduknya diperkirakan akan mencapai 1,425 miliar jiwa. 

Awal tahun ini, India memberlakukan undang-undang kewarganegaraan baru yang mempercepat naturalisasi bagi umat Hindu, Parsi, Sikh, Buddha, Jain, dan Kristen yang melarikan diri ke India dari Afghanistan, Bangladesh, dan Pakistan. 

Namun hal ini tidak termasuk mereka yang beragama Islam, yang merupakan warga mayoritas di ketiga negara tersebut. Ini adalah pertama kalinya India menetapkan kriteria agama untuk mendapatkan kewarganegaraan.

Baca Juga: Biden Sahkan UU yang Menekan Induk TikTok dan Mendukung Taiwan, China Balik Mengancam

Apa Itu Xenofobia?

Mengutip Kompas.com, xenophobia adalah ketakutan terhadap orang asing atau dalam istilah yang lebih luas adalah ketakutan terhadap seseorang yang berbeda dari kita. 

Permusuhan terhadap orang luar sering kali merupakan reaksi terhadap rasa takut. 

Sementara, menurut Cambridge Dictionary, xenophobia artinya ketidaksukaan atau ketakutan ekstrem terhadap orang asing, adat istiadat, agama, dan lain-lain. 

Xenophobia sering tumpang tindih dengan bentuk prasangka termasuk rasisme dan homofobia, tetapi ada perbedaan penting. 

Jika rasisme, homofobia, dan bentuk diskriminasi lainnya didasarkan pada karakteristik tertentu, xenophobia biasanya berakar pada persepsi bahwa seseorang di luar kelompok adalah orang asing bagi komunitas dalam kelompok.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×