CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.926   -32,00   -0,20%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Bisikan Orang Dalam: Kematian Presiden Iran Bisa Picu Persaingan Suksesi Khamenei


Selasa, 21 Mei 2024 / 07:59 WIB
Bisikan Orang Dalam: Kematian Presiden Iran Bisa Picu Persaingan Suksesi Khamenei
ILUSTRASI. Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter mengganggu rencana kelompok garis keras Iran yang menginginkannya menggantikan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Majid Asgaripour/WANA via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter mengganggu rencana kelompok garis keras Iran yang menginginkannya menggantikan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan diprediksi, hal ini akan memicu persaingan di kubu mereka mengenai siapa yang akan mengambil alih posisi pemimpin Republik Islam ketika dia meninggal.

Melansir Reuters, sebagai anak didik Khamenei yang naik pangkat dalam teokrasi Iran, Raisi, 63 tahun, secara luas dipandang sebagai kandidat utama untuk mengambil alih kepemimpinan Pemimpin Tertinggi yang berusia 85 tahun tersebut. Meskipun hal ini masih jauh dari kepastian dalam politik Iran yang tidak jelas. 

Kenaikan Raisi ke kursi kepresidenan adalah bagian dari konsolidasi kekuasaan di tangan kelompok garis keras yang berdedikasi untuk menopang pilar-pilar Republik Islam melawan risiko yang ditimbulkan oleh perbedaan pendapat di dalam negeri dan musuh-musuh kuat di wilayah yang bergejolak.

Raisi mendapat dukungan kuat dari Khamenei, yang pernah menjabat sebagai presiden sebelum ia menjadi Pemimpin Tertinggi pada tahun 1989 setelah kematian pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Pemimpin Tertinggi memegang kekuasaan tertinggi di Iran, bertindak sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata dan menentukan arah kebijakan luar negeri, yang sebagian besar ditentukan oleh konfrontasi dengan Amerika Serikat dan Israel.

Baca Juga: AS Tak Dapat Memberikan Bantuan Terkait Kecelakaan Helikopter Iran, Ini Alasannya

Meskipun Khamenei belum mendukung penggantinya, pengamat Iran mengatakan Raisi adalah salah satu dari dua nama yang paling sering disebutkan. Yang kedua adalah putra kedua Khamenei, Mojtaba, yang diyakini memiliki pengaruh di balik layar.

Menurut Vali Nasr, profesor Studi Timur Tengah dan Hubungan Internasional di John Hopkins School of Advanced International Studies, Raisi, yang didukung oleh kelompok yang ingin menjadikannya Pemimpin Tertinggi, jelas menginginkan posisi tersebut.

“Sekarang mereka tidak punya calon, dan itu membuka pintu bagi faksi lain atau tokoh lain untuk muncul sebagai pesaing yang serius,” katanya.

Baca Juga: Profil Ebrahim Raisi, Calon Supreme Leader Iran Meninggal dalam Kecelakaan Helikopter

Bagi Raisi, seorang ulama Syiah tingkat menengah, jabatan presiden merupakan sarana untuk mencapai kepemimpinan tertinggi. 

“Saat ini tidak ada kandidat lain yang memiliki platform seperti itu. Itulah sebabnya pemilihan presiden di Iran, bagaimana pun perkembangannya, akan menjadi penentu pertama mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Nasr.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×