Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden Iran, Ebrahim Raisi, terlibat dalam kecelakaan helikopter pada hari Minggu (19/5). Laporan terbaru mengatakan, tidak ada tanda-tanda kehidupan dari lokasi kejadian.
Tim penyelamat padar hari Senin (20/5) telah berhasil mengidentifikasi bangkai helikopter yang ditumpangi Raisi dan Menteri Luar Negerinya, Hossein Amirabdollahian.
Dikatakan bahwa helikopter yang digunakan benar-benar hangus akibat kecelakaan tersebut.
"Helikopter Presiden Raisi terbakar habis dalam kecelakaan itu. Sayangnya, seluruh penumpang dikhawatirkan tewas," kata perwakilan regu penyelamat kepada Reuters.
Tim penyelamat berjuang melawan badai salju dan medan yang sulit sepanjang malam untuk mencapai bangkai helikopter di provinsi Azerbaijan Timur pada Senin dini hari.
"Kami dapat melihat reruntuhannya dan situasinya tidak terlihat baik," kata Kepala Bulan Sabit Merah Iran, Pirhossein Kolivand.
Raisi berada di perbatasan Azerbaijan pada hari Minggu untuk meresmikan Bendungan Qiz-Qalasi, sebuah proyek bersama kedua negara.
Baca Juga: Helikopter Jatuh, Pencarian Presiden Iran Terus Dilakukan
Calon "Supreme Leader" Iran
Raisi terpilih sebagai presiden Iran pada tahun 2021. Sejak menjabat, ia telah memerintahkan pengetatan undang-undang moralitas, mengawasi tindakan keras berdarah terhadap protes anti-pemerintah, dan mendorong keras perundingan nuklir dengan negara-negara besar.
Selama bertahun-tahun, banyak orang melihat Raisi sebagai calon kuat untuk menggantikan Ayatollah Khamenei, yang menjadi pemimpin tertinggi Iran sejak tahun 1989.
Khamenei juga secara terbuka mendukung kebijakan-kebijakan keras Raisi, membuatnya semakin dekat dengan julukan "Supreme Leader".
Kemenangan Raisi dalam pemilu 2021 praktis memperluas kendali kelompok garis keras, yang bersebrangan dengan presiden sebelumnya, Hassan Rouhani.
Rouhani berkuasa selama delapan tahun dan dianggap terlalu lunak kepada Barat. Rouhani sosok yang pragmatis dan terbuka untuk menegosiasikan kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar termasuk AS.
Di sisi lain, kepemimpinan Raisi juga diwarnai protes terhadap pemerintahan ulama dan kegagalan memperbaiki perekonomian Iran, yang dilumpuhkan oleh sanksi Barat.