Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas pabrik Jepang dan Korea Selatan (Korsel) menyusut karena permintaan ekspor melambat. Ini terlihat dari purchasing manager's index (PMI) Jepang dan output pabrikan Korsel.
Berdasarkan data yang dirilis kemarin, PMI sektor manufaktur Jepang berada di level 49,6 pada Desember. Dengan demikian, sektor manufaktur Jepang sudah kontraksi selama enam bulan berturut.
Meski begitu, indeks di Desember sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi di November, yang ada di 49.
Baca Juga: Harga Tembaga London Turun Senin (30/12), di Tengah Penantian Data Ekonomi China
"Pembacaan PMI bergerak mendekati netralitas di tengah penurunan produksi dan penerimaan pesanan baru," kata Usamah Bhatti, analis S&P Global Market Intelligence, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Output pabrik di Korea Selatan juga turun tajam dari yang diharapkan pada November. Indeks output industri turun 0,7% secara bulanan, setelah tidak ada perubahan pada bulan sebelumnya.
Penurunan tersebut lebih besar dari konsensus proyeksi ekonom, yakni sebesar 0,4%. Penurunan tersebut disinyalir terjadi karena melambatnya ekspor dan melemahnya kepercayaan bisnis.
Sementara dalam periode tahunan, output produksi pabrikan Korsel hanya naik 0,1%, lebih lambat dari bulan sebelumnya naik 6,3%. Kenaikan secara tahunan ini juga lebih buruk dari konsensu proyeksi ekonom, naik 0,4%.
Pasar semikonduktor
Produsen di Jepang juga mencatatkan pelemahan pesanan baru. Pesanan baru di Jepang mengalami kontraksi 19 bulan berturut-turut.
Baca Juga: Apple Akan Membeli Chip yang Diproduksi TSMC di AS Mulai Paruh Kedua Tahun 2025
Penyebabnya, permintaan yang lemah di pasar domestik dan pasar utama di luar negeri. Beberapa perusahaan menuding pasar semikonduktor menjadi penyebab melemahnya pesanan baru.
S&P juga mengungkapkan, data ketenagakerjaan di Jepang meningkat pada Desember, lebih baik dari November yang turun ke level tertinggi sejak April. Perusahaan yang disurvei S&P dan Jibun Bank juga mengatakan, jumlah pekerja menjadi lebih banyak, karena persiapan atas peningkatan di masa mendatang.
Namun, efeknya biaya tenaga kerja di Jepang meningkat dan membuat harga jual naik ke laju tercepat dalam lima bulan. Kenaikan harga juga disebabkan biaya bahan baku yang lebih tinggi, karena yen melemah. Meski begitu, produsen tetap yakin bisnis di masa datang akan tumbuh, karena peluncuran dan produksi produk baru.
Sementara, Korsel bulan lalu memaparkan jika pertumbuhan ekspor melambat ke level terendah dalam 14 bulan. Ini karena pengiriman ke Amerika Serikat dan China turun, di tengah ketidakpastian pengenaan tarif.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Jelang Libur Akhir Tahun, Brent ke US$74,37 & WTI ke US$70,87