Reporter: Yoliawan H | Editor: Tri Adi
KONTAN.CO.ID - Kesuksesan Eugene Kaspersky mengembangkan produk anti virus lewat Kaspersky Lab tidak selalu berjalan mulus. Dalam perjalanan bisnisnya, banyak tuduhan miring menerpa hingga kinerja perusahaanya terdampak. Salah satunya adalah tuduhan sebagai agen spionase Rusia oleh Amerika Serikat (AS). Kecurigaan ini berdasarkan ekspansi Kaspersky yang masif di Amerika dan banyak karyawan Kaspersky yang berasal dari mantan militer Rusia.
Sukses mendirikan Kaspersky Lab dan menjadi ahli dibidang pengembangan anti virus dan kejahatan siber tidak membuat hidup Eugene Kaspersky tenang dalam kesuksesannya. Sebab pria ini kerap terkena terpaan kabar miring yang tidak mengenakan.
Salah satu di antaranya Kaspersky sempat mendapatkan tuduhan bahwa dirinya dianggap Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu agen spionase Rusia. Dugaan itu muncul karena Kaspersky Lab menjadi salah satu perangkat lunak terlaris di pasar Amerika. Banyak instansi pemerintah AS yang menggunakan produk buatan pria yang merupakan mantan karyawan Kementerian Pertahanan Rusia untuk bidang keamanan siber tersebut .
Walaupun tanpa ada bukti nyata, kecurigaan Pemerintah AS kepada Kaspersky Lab semakin besar. Bahkan pihak Kaspersky dituduh mendapatkan perintah dari pihak Rusia untuk membocorkan teknologi senjata siber milik Negeri Paman Sam.
Tidak berhenti disitu, media besar juga banyak memberitakan isu terkait spionase ini ke dunia internasional. Banyaknya ekspansi bisnis Kaspersky Lab di AS menjadi penyebab tuduhan ini serta dugaan banyaknya karyawan Kaspersky Lab yang merupakan mantan orang militer Rusia.
Kaspersky Lab membantah semua tuduhan ini dan meyakinkan itu semua hanya berita bohong untuk menyebarkan kepanikan khususnya bagi pasar Kaspersky Lab di Amerika. Dampaknya tidak main-main, sejak Juli 2017 hingga Desember 2017, agensi pemerintah Amerika Serikat secara bertahap mulai mengganti produk keamanan siber mereka dari Kaspersky Lab menjadi produk lain.
Bahkan, General Services Administration (GSA) AS menghapus Kaspersky Lab sebagai salah satu vendor pemerintah dalam penyediaan perangkat lunak. Sentimen negatif Pemerintah AS kepada Rusia membuat Kaspersky Lab harus kehilangan salah satu pasar terbesar mereka di negara tersebut.
Puncaknya di tahun 2017, beberapa reseller Kaspersky Lab di AS menarik produk Kaspersky Lab di pasaran. Bahkan pihak Department Homeland Security Amerika Serikat melarang secara permanen bagi warganya menggunakan produk dari Kaspersky Lab.
Merespons semua tuduhan negatif tersebut, Kaspersky Lab meluncurkan program Global Transparency Initiative sebagai langkah untuk memastikan kepada pelanggan mereka bahwa pihak Kaspersky Lab tidak melakukan pencurian data apapun termasuk tuduhan spionase terkait kerahasiaan negara ataupun pelanggan mereka.
Namun berita yang terus menyebar membuat pasar Eropa pun mulai terkena dampak isu ini. Inggris pada November 2017 mencurigai tindakan Kaspersky Lab saat melakukan program bagi-bagi perangkat lunak gratis bagi 2 juta pelanggan di Inggris. Di Desember 201,7 Inggris juga melarang semua produk Kaspersky Lab digunakan pada instansi siber pemerintah.
Kejadian ini sempat membuat kinerja Kapersky Lab menurun. Melansir dari Reuters, pada tahun 2017 target pendapatan Kaspersky Lab sebesar US$ 700 juta meleset. Perusahaan ini hanya mencetak pendapatan sekitar US$ 698 juta.
Pangsa pasar mereka di Amerika Utara juga turun 8% dan pangsa pasar Eropa juga turun 2%. Namun Kaspersky Lab tetap optimistis memasuki tahun 2018 ini. Mereka yakin isu ini akan mereda. Kerjasama dengan vendor dan reseller akan terus digalakkan.
Kaspersky juga sampai memindahkan infrastruktur pusat data mereka dari Rusia ke Swiss untuk mendapatkan kepercayaan kembali. Dia juga akan terus mengembangkan produk dan layanan untuk kembali bangkit.
(Selesai)