kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Boeing Dapat Restu FAA untuk Tingkatkan Produksi 737 MAX Jadi 42 Pesawat per Bulan


Sabtu, 18 Oktober 2025 / 11:11 WIB
Boeing Dapat Restu FAA untuk Tingkatkan Produksi 737 MAX Jadi 42 Pesawat per Bulan
ILUSTRASI. Boeing mendapatkan persetujuan dari Federal Aviation Administration (FAA) untuk meningkatkan produksi pesawat 737 MAX menjadi 42 unit per bulan, setelah sebelumnya dibatasi hanya 38 unit sejak Januari 2024.. REUTERS/Peter Cziborra


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/SEATTLE. Boeing mendapatkan persetujuan dari Federal Aviation Administration (FAA) untuk meningkatkan produksi pesawat 737 MAX menjadi 42 unit per bulan, setelah sebelumnya dibatasi hanya 38 unit sejak Januari 2024.

Langkah ini menjadi dorongan besar bagi upaya Boeing memperbaiki keuangannya dan memulihkan reputasi setelah serangkaian masalah keselamatan dan kualitas produksi.

Baca Juga: Trump Ancam Kendalikan Ekspor Suku Cadang Pesawat Boeing ke Tiongkok

Pembatasan produksi diberlakukan FAA setelah insiden darurat udara yang menimpa Alaska Airlines pada awal 2024.

Saat itu, salah satu pesawat 737 MAX 9 ditemukan kehilangan empat baut penting pada penutup pintu darurat, yang menyebabkan lubang besar di badan pesawat pada ketinggian 16.000 kaki.

Insiden tersebut memicu penyelidikan luas yang mengungkap celah serius dalam pengawasan dan keselamatan produksi Boeing.

Baca Juga: Ibu dan Saudari Jay Y. Lee Lepas Saham Samsung Rp19 Triliun untuk Bayar Pajak Warisan

Dorongan Finansial bagi Boeing

Kenaikan tingkat produksi 737 MAX menjadi krusial bagi pemulihan stabilitas keuangan Boeing, mengingat sebagian besar pembayaran pelanggan diterima ketika pesawat diserahkan.

Selama beberapa tahun terakhir, produsen pesawat asal AS itu harus menanggung utang hingga US$53 miliar dan terus mencatat kerugian akibat gangguan rantai pasok serta krisis reputasi pascakecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia.

“Tim inspeksi keselamatan FAA telah melakukan peninjauan menyeluruh terhadap lini produksi Boeing untuk memastikan peningkatan kapasitas ini dilakukan dengan aman,” kata FAA dalam pernyataannya, Jumat.

Baca Juga: Trump Teken Kebijakan Ganda: Insentif Produksi Otomotif dan Tarif Baru Truk Impor

Peningkatan Produksi Dimulai Cepat

Menurut sumber Reuters, Administrator FAA Bryan Bedford telah menghubungi CEO Boeing Kelly Ortberg untuk memberi konfirmasi resmi bahwa perusahaan dapat menaikkan laju produksi menjadi 42 unit.

Pekerja di pabrik Boeing di wilayah Seattle juga telah menyiapkan penambahan peralatan dan kapasitas produksi guna mendukung peningkatan tersebut.

“Kami berterima kasih atas kerja keras tim kami, para pemasok, dan FAA yang memastikan peningkatan produksi ini dilakukan dengan mengutamakan keamanan dan kualitas,” ujar Boeing dalam pernyataan resminya.

Saham Boeing tercatat naik 1,2% dalam perdagangan setelah jam bursa.

Baca Juga: Presiden Prabowo Bisa Meniru, Presiden Polandia Bebaskan PPh Orang Tua dengan 2 Anak

Tantangan Rantai Pasok Masih Membayangi

Meski pernah memproduksi lebih dari 50 unit per bulan di masa lalu, kondisi rantai pasok global saat ini jauh lebih rapuh.

Menurut analis kedirgantaraan Glenn McDonald, gangguan pada pasokan forging, casting, mesin, hingga interior kabin masih kerap terjadi.

“Masalah pasokan kini lebih sporadis dan sulit diprediksi dibandingkan sebelum pandemi COVID-19,” ujarnya, menambahkan bahwa kebakaran pabrik pada Februari lalu sempat memaksa Boeing mencari sumber baru untuk komponen pengikat khusus.

Namun, McDonald menilai Boeing kini lebih siap menghadapi peningkatan produksi dibandingkan upaya sebelumnya.

Perusahaan telah menimbun bahan mentah senilai US$11 miliar, hampir dua kali lipat dibanding 2018 ketika produksi mencapai puncak.

Baca Juga: Trump Tetapkan Tarif 25% Truk Impor, Industri Otomotif Lokal Dapat Keringanan Pajak

Upaya Pemulihan dan Pengawasan Ketat

Di bawah pengawasan ketat FAA, Boeing menerapkan strategi peningkatan produksi secara hati-hati dan bertahap.

Pada bulan lalu, FAA juga mengembalikan sebagian kewenangan Boeing untuk menerbitkan sertifikat kelaikan udara bagi pesawat baru 737 MAX dan 787, setelah otoritas itu mencabutnya pada 2019 dan 2022 akibat temuan cacat produksi.

Namun, tantangan hukum masih membayangi. Pada September lalu, FAA mengusulkan denda sebesar US$3,1 juta kepada Boeing atas ratusan pelanggaran sistem kualitas di pabrik Renton, Washington, dan fasilitas pemasok Spirit AeroSystems di Kansas.

Selain itu, insiden Alaska Airlines pada awal 2024 juga memicu penyelidikan kriminal oleh Departemen Kehakiman AS di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.

Dengan restu baru dari FAA ini, Boeing diharapkan dapat mempercepat pemulihan keuangannya dan kembali mencatat laba pada 2026, untuk pertama kalinya sejak 2018.

Selanjutnya: Oppo Find X9 Pro Mengusung RAM 12 GB & Baterai Raksasa 7550 mAh! Intip Ulasannya

Menarik Dibaca: Oppo Find X9 Pro Mengusung RAM 12 GB & Baterai Raksasa 7550 mAh! Intip Ulasannya




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×