Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut Diego Xavier, seorang peneliti di lembaga kesehatan pemerintah Fiocruz, peluncuran vaksin, dengan hanya sekitar 13% orang yang menerima satu suntikan hingga saat ini, belum cukup untuk menahan penyebaran tanpa batasan sosial.
Xavier juga memperkirakan, lebih dari 2.000 kematian per hari akan menjadi normal tanpa percepatan besar dalam vaksinasi, seperti yang terlihat di negara-negara seperti Amerika Serikat.
Terkait dengan tingginya jumlah korban yang tewas, para ahli mengatakan itu merupakan kegagalan pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro dalam melancarkan tanggapan yang cukup kuat terhadap pandemi.
"Angka 400.000 kematian ini terutama karena ketidakmampuan manajerial pemerintah ini, yang dipimpin oleh presiden," kata Jamal Suleiman, seorang dokter di Institut Infeksi Emilio Ribas kepada Reuters.
Baca Juga: Vaksin Sputnik V dari Rusia disebut ampuh mengatasi varian virus corona India
Bolsonaro telah meremehkan tingkat keparahan virus sejak awal, menentang tindakan penguncian yang ketat, gagal mendukung penggunaan masker dan baru-baru ini menggunakan vaksin.
Bolsonaro menegaskan bahwa Brasil harus kembali menjalani bisnis seperti biasa, dengan alasan bahwa kesulitan ekonomi bagi warga Brasil sama buruknya dengan pandemi itu sendiri.
Pada minggu ini, Senat Brasil meluncurkan komite khusus yang menyelidiki kemungkinan kesalahan dalam respons pandemi pemerintah. Mereka berjanji untuk memanggil pejabat tinggi dan mantan pejabat tinggi di pemerintahan Bolsonaro untuk bersaksi.