Sumber: Bloomberg, Reuters | Editor: Sanny Cicilia
OMAHA. Investor yang selama ini memperhatikan langkah Warren Buffett untuk melihat arah pasar saham, kini harus lebih mandiri. Soalnya, orang terkaya ketiga dunia ini memilih menekankan strategi melakukan akuisisi atau penyertaan langsung ketimbang menanam uang di atas kertas.
Strategi ini merupakan tahap dua membangun Berkshire Hathaway. "Apa yang sebenarnya ingin kami lakukan adalah membeli bisnis besar yang memiliki manajemen bagus, dengan harga yang masuk akal dan membangunnya waktu demi waktu. Kami sekarang bergeser ke fase kedua," kata Buffett, Chairman dan CEO Berkshire, di hadapan 40.000 investor di Omaha, Nebraska, 3 Mei lalu.
Sejak hampir setengah abad lalu, Buffett dikenal pandai memilih saham. Portofolionya tersebar ke saham perusahaan jasa keuangan, konsumer, teknologi, energi, jasa komunikasi, kesehatan, hingga bahan baku.
Portofolio Buffet di pasar saham mencapai US$ 118,5 miliar, per akhir Maret. Setengah dari kekayaan saham ini disumbang empat perusahaan besar, Wells Fargo & Co, Coca-Cola, International Business Machines Corp, dan American Express Co.
Namun, uang kas di kantong Berkshire terlalu tebal, yaitu hingga US$ 49 miliar per akhir Maret lalu. Para investor menolak pembagian dividen dan menyerahkan urusan tugas pada Berkshire untuk mengelola duit tersebut.
Sebelumnya, Buffett pernah bilang, hanya ingin mempunyai kas US$ 20 miliar. Itu artinya, Buffett kemungkinan berniat membelanjakan duitnya minimal US$ 29 miliar.
Sebagai langkah awal, anak usahanya di bidang energi, Berkshire Hathaway Energy juga per 1 Mei lalu membeli SNC-Lavalin Group Inc milik AltaLink senilai US$ 2,9 miliar. Pembelian ini akan memperluas pendapatan bisnis listrik Berkshire di daerah Kanada Barat.
Buffett juga mengatakan, kemungkinan akan menggandeng lagi 3G Capital, Perusahaan asal Brasil ini menjadi mitra Berkshire membeli HJ Heinz Co tahun lalu senilai total US$ 23,3 miliar.
"Selama ini Buffett terkenal sebagai pemilih saham, dan reputasi ini masih melekat di publik," kata Lawrence Cunningham, Professor di Universitas George Washington. Namun, pria yang sedang merampungkan buku Berkshire Beyond Buffett ini mengatakan, kepiawaian Buffett memilih saham berbeda dengan Berkshire.
Toh, pilihan penyertaan langsung yang dilakukan Buffett selama ini tak jelek. Berkshire Hathaway Energy yang dulu bernama MidAmerican Energy Holdings Company mencatat kenaikan laba operasional 15% di akhir kuartal I lalu. Ini menopang kinerja Berkshire yang keseluruhan turun 4%.
Sedangkan bisnis rel Burlington Northern Santa Fe (BNSF) yang dibeli tahun 2010 berhasil menyumbang laba US$ 3,8 miliar pada laba Berkshire sebesar US$ 19,5 miliar di akhir tahun 2013.
Namun, pria berusia 83 tahun ini mewanti-wanti tak akan gegabah mencaplok perusahaan. Akan tiba waktunya, perusahaan tidak bisa melakukan reinvestasi atas semua uangnya. "Di satu titik, kami akan mempunyai lebih banyak uang kas ketimbang menggunakan uang itu dengan pintar," kata Buffett.