Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - GAZA. Penguncian alias lockdown terjadi di Gaza pada Selasa (25/8), setelah mengonfirmasi kasus pertama virus corona baru wilayah Palestina dengan dua juta penduduk tersebut.
Otoritas kesehatan Gaza, wilayah di bawah kendali Hamas, prihatin dengan kombinasi kemiskinan, kamp pengungsi yang padat penduduk, dan fasilitas rumah sakit yang terbatas dalam menangani wabah virus corona.
Melansir Reuters, seorang juru bicara Pemerintah Gaza mengatakan, empat kasus virus corona terkonfirmasi dalam satu keluarga di kamp pengungsi.
Baca Juga: Singapura catat 31 kasus baru, angka harian terendah sejak Maret
Otoritas kesehatan Gaza menambahkan, seorang wanita dari keluarga tersebut positif Covid-19 setelah melakukan perjalanan ke Tepi Barat. Saat ini, mereka sedang melakukan pelacakan kontak untuk membendung penyebaran infeksi.
Ini merupakan kasus pertama di Gaza yang tidak melibatkan orang-orang yang menjalani karantina di fasilitas perbatasan, setelah menyeberang dari Mesir dan Israel.
Baik Mesir maupun Israel mempertahankan pembatasan ketat di perbatasan Gaza, membuat warga wilayah Palestina dengan sedikit akses ke dunia luar selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Peneliti Hong Kong melaporkan pasien Covid-19 yang telah sembuh kembali terinfeksi
Tidak ada perang yang pernah memaksa orang-orang menerapkan jam malam yang ketat
Dengan bisnis, sekolah, dan masjid tutup pada Senin (24/8) malam selama setidaknya 48 jam, Reuters melaporkan, jalan-jalan di Gaza sebagian besar sepi. Mobil polisi menggunakan pengeras suara mendesak warga Gaza agar mematuhi penguncian.
Tetapi, beberapa orang menyerbu toko bahan makanan dan roti, yang jumlahnya terbatas dan tetap boleh buka, untuk menyimpan kebutuhan pokok selama penguncian.
Krisis kesehatan terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di sepanjang perbatasan Israel-Gaza. Hamas telah meluncurkan serangan roket sporadis dan balon pembawa bom api yang telah membakar ladang di Israel Selatan.
Baca Juga: Infeksi dekati 24 juta, ini 10 negara dengan kasus corona tertinggi
Israel menanggapinya dengan serangan udara terhadap posisi Hamas.
"Tidak ada perang yang pernah memaksa orang-orang menerapkan jam malam yang ketat, (tetapi) virus yang lemah telah mengurung dua juta orang di Jalur Gaza," kata Freih Abu Middain, mantan Menteri Kehakiman Palestina yang tinggal di Gaza, lewat media sosial.
"Semua (jet tempur) F-16, rudal, dan tank (Israel) tidak bisa melakukan itu,” sebut dia.