Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut pengumuman yang disiarkan televisi lokal, Presiden Lebanon Michel Aoun menerima pengunduran diri itu dan meminta pemerintah Diab -yang dibentuk pada Januari dengan dukungan dari kelompok Hizbullah Iran yang kuat dan sekutunya- untuk tetap sebagai juru kunci sampai kabinet baru terbentuk.
Di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump mengatakan ledakan itu telah memicu apa yang disebutnya "revolusi," tetapi tidak berkomentar lebih lanjut.
Baca Juga: Pemimpin Hezbollah bantah pihaknya terlibat dalam ledakan di Lebanon
Menjelang pengumuman Diab, aksi demonstrasi meletus untuk hari ketiga di pusat kota Beirut, dengan beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah pasukan keamanan yang menjaga pintu masuk menuju gedung parlemen. Pasukan keamanan ini langsung menanggapinya dengan gas air mata.
Bagi banyak orang Lebanon biasa, ledakan itu adalah pukulan terakhir dalam krisis berkepanjangan atas keruntuhan ekonomi, korupsi, pemborosan, dan pemerintahan yang tidak berfungsi. Itu sebabnya, mereka turun ke jalan menuntut perubahan secara keseluruhan.
Baca Juga: Petaka Beirut dan Regulasi Kimia Reaktif
"Seluruh rezim perlu diubah. Tidak akan ada bedanya jika ada pemerintahan baru," kata Joe Haddad, seorang insinyur Beirut, kepada Reuters. "Kami membutuhkan pemilihan yang cepat."
Sistem pemerintahan mengharuskan Aoun untuk berkonsultasi dengan blok parlemen tentang siapa yang harus menjadi perdana menteri berikutnya, dan dia berkewajiban untuk menunjuk kandidat dengan tingkat dukungan terbesar di antara anggota parlemen.