Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia bergerak fluktuatif pada Jumat (10/10/2025), mengakhiri pekan dengan hati-hati seiring pelemahan di Wall Street yang merembet ke sesi Asia.
Sementara itu, pasar komoditas tampak mengambil jeda setelah reli tajam dalam beberapa hari terakhir.
Meski demikian, bursa regional masih berada di jalur menuju salah satu kinerja tahunan terbaik dalam satu dekade, melampaui kenaikan indeks saham AS.
Baca Juga: MAS Diperkirakan Tahan Kebijakan Moneter, Ekonomi Singapura Masih Tangguh
Dorongan datang dari paket kebijakan ekonomi dan tarif Presiden Donald Trump yang memicu lonjakan pesanan produk teknologi terkait kecerdasan buatan (AI) di kawasan ini.
Menurut Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone Group Ltd di Melbourne, sesi perdagangan AS menunjukkan tanda-tanda kelelahan pada sejumlah aset yang sebelumnya mencatat reli kuat, seperti emas, perak, kripto, dan sebagian besar saham di indeks S&P 500.
Indeks MSCI Asia-Pacific di luar Jepang bergerak naik-turun dan terakhir melemah 0,2%. Saham-saham Hong Kong memimpin penurunan dengan koreksi 1,1%, disusul bursa Australia yang turun 0,1% di tengah volatilitas harga komoditas.
Sebaliknya, indeks saham Korea Selatan melonjak 1,7%, memperpanjang tren positif sebagai pasar dengan kinerja terbaik di kawasan.
Baca Juga: Strategi Investasi 60/40 Sudah Usang, Robert Kiyosaki: Investor Cerdas Pilih Aset Ini
Futures saham AS mulai stabil di sesi Asia, menjelang dimulainya musim laporan keuangan kuartal III di Wall Street pekan depan. S&P 500 e-minis naik 0,2%, sementara indeks dolar AS (DXY) bertahan dekat level tertinggi dua bulan di 99,37.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun tipis menjadi 4,138% dari posisi 4,148% pada Kamis.
Ekspektasi pelonggaran kebijakan oleh Federal Reserve masih kuat, dengan peluang 94% untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan 29 Oktober mendatang, menurut CME FedWatch Tool.
Baca Juga: IHSG Dibuka Melemah ke 8.238, BBRI, BBNI dan BBTN Top Losers LQ45, Jumat (10/10)
Tekanan untuk Yen, Takaichi Jalani “Tali Rapat”
Indeks Nikkei Jepang melemah 0,7%, mundur setelah mencetak rekor penutupan tertinggi sehari sebelumnya.
Data menunjukkan harga grosir naik 2,7% pada September dibandingkan tahun sebelumnya, menandakan tekanan biaya yang berpotensi memicu kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BOJ) dalam pertemuan 30 Oktober.
Dolar AS melemah 0,1% terhadap yen ke posisi ¥152,96, mendekati level terlemah yen sejak Februari. Pernyataan pemimpin baru partai berkuasa, Sanae Takaichi, yang menegaskan bahwa kebijakan moneter harus sejalan dengan tujuan pemerintah, memicu perdebatan tentang independensi BOJ.
Analis Bank of America mencatat, pasar memperkirakan pemerintah Jepang akan menerapkan kebijakan fiskal ekspansif, meski ketidakpastian masih tinggi terkait detail dan besaran stimulus yang akan digulirkan.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat, Cek Rekomendasi BUMI, DKFT, ERAL, dan WIFI, Jumat (10/10)
Komoditas Beristirahat, Emas dan Minyak Sedikit Bergerak
Harga emas turun tipis setelah reli empat hari yang sempat mendorong logam mulia ini menembus level US$4.000 per ons troi untuk pertama kalinya.
Emas spot terakhir diperdagangkan di US$3.971,93, turun 0,1%, sementara perak naik 1% ke US$49,62, kembali mendekati ambang psikologis US$50.
Saham-saham China merosot setelah Beijing memperluas pengendalian ekspor logam tanah jarang (rare earths) pada Kamis, menjelang pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping.
Di pasar energi, harga minyak Brent naik tipis 0,1% menjadi US$65,27 per barel.
Kenaikan terbatas ini terjadi setelah pemerintah Israel meratifikasi kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, yang membuka jalan bagi penghentian konflik di Gaza dan pembebasan sandera dalam waktu 24 jam ke depan.