Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia dibuka melemah pada Rabu (24/9/2025), mengikuti penurunan di Wall Street semalam setelah komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang tidak memberi banyak petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga berikutnya.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2% pada awal perdagangan. Setelah indeks S&P 500 di AS ditutup melemah 0,6%, penurunan harian terbesar dalam tiga pekan.
Saham Australia memimpin pelemahan dengan turun 0,7% menjelang rilis data inflasi (CPI) hari ini.
Baca Juga: Harga Emas Terbang Dekati Rekor Rabu (24/9) Pagi, Suku Bunga The Fed Jadi Kunci
Sementara indeks Nikkei Jepang terkoreksi 0,4%. Kontrak berjangka saham AS bergerak mendatar.
Dolar AS stabil tetapi masih berada di posisi defensif setelah dua hari melemah, dengan indeks dolar naik tipis 0,1% ke level 97,301. Terhadap yen, dolar turun 0,1% ke 147,575.
“Powell menekankan bahwa ‘risiko inflasi dalam jangka pendek cenderung meningkat, sementara risiko di pasar tenaga kerja menurun’, yang menunjukkan sulitnya menyeimbangkan mandat ganda The Fed,” tulis analis Westpac dalam catatan riset.
Meski terkoreksi hari ini, bursa Asia masih berada di jalur kinerja bulanan terbaik dalam setahun, ditopang pelemahan dolar AS, reli saham teknologi regional, dan dimulainya kembali siklus pelonggaran kebijakan The Fed.
Baca Juga: Wall Street: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah Terseret Komentar Powell
Tren pelonggaran ini membuat pelaku pasar meningkatkan taruhan atas pemangkasan suku bunga lebih lanjut, dengan Fed funds futures menunjukkan probabilitas 93% terjadinya penurunan suku bunga pada rapat Oktober, naik dari 89,8% sehari sebelumnya.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) Treasury AS turun setelah investor memburu surat utang pemerintah. Yield obligasi 10 tahun turun menjadi 4,1061% dari 4,118% sebelumnya, sementara yield tenor 2 tahun turun menjadi 3,5673% dari 3,592%.
Data ekonomi AS juga menambah kekhawatiran pertumbuhan, dengan survei PMI S&P Global menunjukkan aktivitas bisnis melambat untuk bulan kedua berturut-turut di September.
Analis Citi mencatat, meski indeks PMI masih berada di wilayah ekspansi, detail data menunjukkan pelemahan.
“Indeks harga output komposit turun ke level terendah sejak April, dengan banyak perusahaan kesulitan meneruskan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen karena lemahnya permintaan dan meningkatnya persaingan,” tulis mereka.
Baca Juga: Jerome Powell Sampaikan Pidato Terbaru Soal Prospek Ekonomi Amerika Serikat
Di pasar komoditas, harga minyak Brent naik 0,3% menjadi US$67,86 per barel, setelah kesepakatan untuk melanjutkan ekspor dari Kurdistan Irak tertunda. Sementara itu, harga emas turun tipis 0,1% ke US$3.760,90 per troi ons, setelah sehari sebelumnya sempat mencetak rekor baru.