Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Federal Reserve (The Fed) menegaskan bahwa perekonomian Amerika Serikat menunjukkan ketahanan meskipun dihadapkan pada tantangan besar, mulai dari perubahan kebijakan perdagangan hingga ketidakpastian geopolitik.
Dalam pidato di hadapan Greater Providence Chamber of Commerce Selasa (23/9), ia menegaskan bahwa langkah kebijakan moneter terbaru diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara inflasi dan lapangan kerja.
“Jika prospek berubah secara material, kebijakan juga akan berubah,” ujarnya, mengingatkan kembali pernyataannya saat berbicara di forum yang sama pada 2019, sebelum pandemi COVID-19 melanda.
Pertumbuhan Moderat, Risiko Lapangan Kerja Naik
Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi sekitar 1,5% pada paruh pertama 2025, turun dari 2,5% tahun lalu. Perlambatan terutama disebabkan oleh melemahnya konsumsi rumah tangga, meski investasi bisnis mulai menunjukkan peningkatan.
Baca Juga: Bowman: The Fed Harus Bertindak Cepat Hadapi Risiko Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja juga mulai kehilangan momentum. Tingkat pengangguran naik tipis ke 4,3% pada Agustus, sementara penciptaan lapangan kerja turun drastis, rata-rata hanya 29.000 per bulan dalam tiga bulan terakhir.
“Risiko penurunan di pasar tenaga kerja meningkat. Meskipun beberapa indikator tetap stabil, laju perekrutan kini berada di bawah tingkat yang dibutuhkan untuk menjaga pengangguran tetap rendah,” jelasnya.
Inflasi Tertekan Tarif Baru
Inflasi memang telah turun jauh dari puncaknya pada 2022, namun tetap di atas target jangka panjang The Fed sebesar 2%. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 2,7% dalam 12 bulan hingga Agustus, sementara inflasi inti mencapai 2,9%.
Kenaikan harga barang belakangan ini banyak dipicu oleh tarif impor baru, bukan tekanan harga yang lebih luas. “Efek tarif kemungkinan bersifat sementara—sebuah kenaikan harga satu kali yang akan muncul secara bertahap dalam beberapa kuartal,” katanya.
Penyesuaian Suku Bunga
Baca Juga: CEO JPMorgan: The Fed Sulit Pangkas Suku Bunga Jika Inflasi AS Tak Turun!
Dengan kondisi inflasi yang masih tinggi namun risiko tenaga kerja meningkat, The Fed mengambil langkah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4–4,25% pada pertemuan terakhir.
“Risiko jangka pendek terhadap inflasi condong ke atas, dan terhadap lapangan kerja ke bawah. Tidak ada jalur bebas risiko,” jelasnya. “Jika kita terlalu longgar, pekerjaan melawan inflasi bisa tidak tuntas. Jika terlalu ketat, pasar tenaga kerja bisa melemah lebih dari yang diperlukan.”
Ia menambahkan bahwa kebijakan moneter tidak berada di jalur yang telah ditetapkan sebelumnya. “Kami akan terus menyesuaikan kebijakan berdasarkan data dan prospek yang berkembang. Komitmen kami tetap sama: mendukung lapangan kerja maksimal dan membawa inflasi kembali secara berkelanjutan ke 2%,” tegasnya.