kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa calon Perdana Menteri Inggris semakin ramai pasca May nyatakan mundur


Minggu, 26 Mei 2019 / 17:42 WIB
Bursa calon Perdana Menteri Inggris semakin ramai pasca May nyatakan mundur


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Persaingan memperebutkan kursi Perdana Menteri Inggris yang ditinggalkan Theresa May makin sengit. Hingga Sabtu (2/5) Reuters melaporkan telah ada tujuh kandidat pengganti yang menyatakan keikutsertaanya dalam kompetisi tersebut. Harapan Inggris untuk segera menuntaskan proses memisahkan diri dari Uni Eropa alias British Exit (Brexit) kembali menyeruak.

Setelah May menyatakan mengundurkan diri pada Jumat (24/5) lalu, Sabtu (25/5) tiga orang, yaitu Menteri Kesehatan Matt Hancock, Bekas Menteri Dominic Raab, dan bekas Pemimpin House of Common Leader Andrea Leadsom menyatakan pencalonannya.

Sebelumnya, empat kandidat yaitu bekas Menteri Luar Negeri Boris Johnson, Menteri Luar Negeri saat ini Jeremy Hunt, Sekretaris Pembangunan Internasional Rory Stewart, dan bekas Menteri Ketenegakerjaan dan Pensiun Esther McVey telah terlebih dahulu masuk bursa pencalonan.

Meskipun baru tujuh calon yang menyatakan untuk ikut pemilihan, surat kabar Inggris memperkirakan setidaknya ada 12 calon yang akan ikut serta. Beberapa calon lain dikabarkan tengah mempersiapkan diri untuk mendeklarasikan diri. Misalnya Menteri Lingkungan Michael Gove yang diperkirakan akan melakukan deklarasi Minggu (26/5).

Para kandidat diharapkan publik Inggris dapat mempercepat proses Brexit, setelah May tiga kali gagal melakukan kesepakatan dengan Parlemen Uni Eropa. Mereka khususnya diharapkan mampu meyakinkan Partai Konservatif yang selama ini jadi biang keladi atas gagalnya lobi-lobi yang dilakukan May.

Brexit mulanya dijadwalkan terlaksana pada 29 Maret lalu, namun akibat belum terjadinya kesepakatan waktu tersebut molor hingga 31 Oktober mendatang.

Perpanjangan waktu dilakukan untuk memastikan bahwa Inggris masih dapat memperoleh kesepakatan, khususnya soal bea masuk dan keluar dengan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Para kandidat ini diharapkan mampu menghasilkan konsensus baru, atau mengubah kesepakatan sebelumnya dengan Uni Eropa. Meskipun Uni Eropa dalam beberapa kesempatan tetap bersikukuh tak akan mengubah apa telah mereka sepakati dengan May.

“Kami harus mengajukan kesepakatan melalui parlemen, kami mesti benar-benar jujur terhadap konsekuensi perdagangan yang tercipta akibat Brexit,” kata Menteri Kesehatan Matt Hancock.

Sementara Bekas Menteri Dominic Raab yang juga merupakan tokoh pada kelompok konservatif pro-Brexit bilang, Inggris tak akan melakukan Brexit tanpa adanya kesepakatan yang jelas. Namun jika Uni Eropa tetap tak mengubah sikapnya, Raab tetap akan melaksanakan Brexit. Sikap serupa juga ditunjukkan bekas Pemimpin House of Common Leader Andrea Leadsom.

“Untuk berhasil dalam negosiasi, anda mesti siap untuk meninggalkannya, kata Leadsom yang merupakan peringat kedua di bawah May dalam kontestasi pemilihan Perdana Menteri pada 2016 sering dengan Referendum Uni Eropa.

Proses pemilihan pengganti May ini sendiri akan dimulai pada 10 Juni mendatang, ketika Partai Konservatif di Inggris akan menyeleksi para kandidat, dan memilih dua calon yang akan dipilih untuk menjadi pemenang.

Sementara itu, dalam beberapa survei yang telah dilakukan, bekas Menteri Luar Negeri Boris Johnson kerap menjadi favorit dan merupakan calon terkuat pengganti May. Seperti Raab dan Leadsom, Johnson juga bersikap untuk tetap membawa Inggris meninggalkan Uni Eropa meski akhirnya tak terjadi kesepakatan.

“Kita akan meninggalkan Uni Eropa pada 31 Oktober, dengan atau tanpa kesepakatan,” katanya.

Sedangkan Sekretaris Pembangunan Internasional Rory Stewart punya pandangan lain. Ia menilai sejatinya Brexit mau tidak mau mesti dilakukan tanpa kesepakatan. Hal tersebut terjadi akibat pecahnya kongsi partai-parati di Parlemen Uni Eropa. Perpecahan ini pula yang menurutnya membuat empat Perdana Inggris: May, David Cameron, John Maor, bahkan hingga Margaret Tatcher hengkang dari posisinya.

“Ada tekanan besar dari kompetisi (pemilihan Perdana Menteri) ini, dimana para calon didorong untuk menjanjikan hal yang tidak dapat mereka lakukan, dan yang paling dramatis adalah saat ini, ketika para calon (pengganti May) didorong untuk menjanjikan No-Deal Brexit,” kata Stewart.

Sebelumnya Parlemen Inggris juga sudah menyatakan sikap untuk menolak kesepakatan yang dilakukan May untuk melakukan Brexit tanpa kesepakatan. Stewart di lain sisi juga telah memastikan jika Johnson kelak terpilih dan akan melaksanakan No-deal Brexit, ia akan hengkang dari pemerintahan.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×